GKI Klasis Magelang
GKI Tegalrejo Salatiga
Sejarah singkat
Perjalanan hidup Jemaat GKI Tegalrejo dalam sejarahnya1 dimulai di Karang Kepoh saat benih Injil ditaburkan. Saat itu terjadi goncangan kehidupan sosial, ekonomi dan politik sebagai dampak peristiwa yang disebut “Gerakan 30 September PKI 1965”. Keluarga-keluarga di Karang Kepoh merasa tergoncang karena banyak terjadi asal tuduh dan eksekusi tanpa diadili bagi orang-orang yang diindikasi sebagai PKI. Namun Allah turut bekerja dalam segala perkara untuk mendatangkan kebaikan bagi setiap orang yang mengasihiNya.
Tangan Tuhan merawat penduduk Karang Kepoh saat mengalami kehausan jiwa akan pengharapan hidup. Beberapa orang penduduk Karang Kepoh tertarik dan mencoba-coba menghadiri ibadah Kristen, sehingga pada awal Pebruari 1966 penduduk karang kepoh (ibu Suhantini, Sdri. Sugiyanti dan Sdri. Rumijah) mengajukan permohonan kepada Majelis Jemaat GKI Salatiga untuk menjadi anggota jemaat. Kemudian dirintislah pekabaran injil di Karang Kepoh, mulai dari keluarga dan tetangga terdekat. Pekabaran Injil di Karang Kepoh dikembangkan oleh GKI Salatiga & melibatkan mahasiswa-mahasiswa teologi Universitas Kristen Satya Wacana. Rumah Bpk. Harjo Ngali digunakan untuk persekutuan pemuda dan rumah Bpk. Mulyorejo digunakan untuk persekutuan orang tua pada setiap Kamis sore, dan kebaktian Minggu sore. Sejak masa itu, hadirlah pos PI di Karangkepoh.
Mula-mula penduduk Karang Kepoh yang bergabung dalam persekutuan pekabaran Injil ini dalam bahasa Jawa dan kurang terbiasa memahami bahasa Indonesia maka GKI Salatiga meminta bantuan dari GKJ Salatiga untuk melayani persekutuan tersebut dalam bahasa Jawa. Kemudian diutuslah Bp. Sarjono Marto Senjoyo untuk melayani di Karang Kepoh. Namun karena penuhnya jadwal pelayanan beliau, maka Bp. Prabowo diminta untuk menggantikan tugas pelayanan di Karang Kepoh.
Kemudian ada peraturan agar setiap warga negara mempunyai identitas agama (yang diakui jaman itu yaitu Islam, Katholik, Kristen Protestan, Hindu atau Budha). Banyak orang takut dicap tidak beragama karena diidentikan sebagai PKI, yang dianggap musuh negara. Pekabaran Injil di Karang Kepoh dengan bahan dari buku “panglipur sejati” menjawab pergumulan penduduk Karang Kepoh saat itu. Orang Kristen di Karang Kepoh semakin bertambah.
Tanggal 1 Oktober 1967, Injil yang ditabur menuai hasil yang besar. Pada hari itu, pendukuk Karang Kepoh banyak yang dibaptis di GKI Salatiga (tercatat 74 dewasa dan 63 anak). Di balik keprihatinan sosial dan politik saat Itu, Allah berkarya menumbuhkan tunas-tunas, cikal bakal jemaat di Karang Kepoh.
Kemudian ada kerinduan membangun gedung Ibadah di Karang Kepoh. Sekalipun kondisinya terbatas namun Tuhan menyertai dan menolong, sehingga pada tahun 1972 dibangunlah rumah ibadah di Karang Kepoh. Pada Tahun 1975, Pdt. Soetijoso ditetapkan oleh Majelis GKI Salatiga sebagai pembina di cabang Karang Kepoh. Tahun 1981 rumah ibadah Karang Kepoh yang masih semi permanen dibangun menjadi permanen.
Pada tahun 1993 dimulai pembangunan gedung Gereja di tempat baru yaitu di jalan Tegalrejo raya 66A (gereja saat ini) oleh GKI Salatiga, diresmikan penggunaannya pada tanggal 5 Agustus 1994. Walaupun terbatas keadaannya, namun Jemaat ini bertumbuh hingga pada tanggal 9 Desember 1996 Jemaat ini didewasakan menjadi GKI Tegalrejo Salatiga.
Update Data Sejarah : Rabu, 4 Desember 2025
1Sejarah GKI Tegalrejo yang lebih lengkap pernah ditulis oleh Zulius Sunarno saat pendewasaan GKI Tegalrejo 9 Desember 1996.
Pendewasaan
9 Desember 1996Jadwal ibadah
Umum | 07.00 |
Anak | Dalam sesi di ibadah umum (07.00) |
Pemuda | 18.00 (Sabtu) |
Remaja | 16.30 (Sabtu) |
Dewasa | 18.00 (Rabu II) |
Persekutuan Lansia | 10.00 (Senin IV) |
Persekutuan Wilayah | 17.00/ 18.00 (Selasa) |
Update : Rabu, 4 Desember 2024
Statistik Anggota Jemaat
Sidi | Baptisan | ||
---|---|---|---|
Pria | Wanita | Pria | Wanita |
90 | 95 | 28 | 29 |
Total anggota jemaat | 242 |
Pendeta Jemaat
- Pdt. Raharjo Widhi Pangreksa
Bakal jemaat
- -
Pos
- -