GKI Klasis Solo
GKI Sorogenen Sala
Sejarah singkat
Berdirinya GKI Sorogenen dirintis sejak Natal 1970 yang dilanjutkan dengan kebaktian perdana pada tanggal 3 Januari 1971 yang bertempat di rumah keluarga Bpk. Liem Tjing Kiat, Jl. Sorogenen 19, Solo. Status kebaktian pada saat itu adalah Pos PI GKI Coyudan Solo.
Selanjutnya GKI Coyudan memanggil para pengerja yang khusus melayani Pos PI Sorogenen ini, antara lain Bpk. Timotius Istanto dan Bpk. Musa Suryadi.
Setelah berkembang selama 7 tahun, pada tanggal 30 mei 1978 jemaat tersebut didewasakan dengan nama GKI Sorogenen Solo. Setelah menjadi dewasa, jemaat merasa perlu untuk melengkapi dengan tenaga pengerja. Oleh karena itu, jemaat memanggil Sdr. Daniel Tandian (Tan Gwan Siang) pada bulan Juni 1982 dan ditahbiskan pada tanggal 1 Februari 1985. Beliau melayani jemaat GKI Sorogenen hingga 31 Desember 1987, karena beliau menerima panggilan GKI Taman Cibunut Bandung. Baru kemudian, pada tanggal 21 Februari 1995 jemaat meneguhkan Pdt. Peter Ch. Widjaja sebagai pendeta jemaat GKI Sorogenen.
Berkaitan dengan tempat ibadah, pada tanggal 27 November 1979 diresmikan tempat ibadah yang berlokasi di Jl. Sorogenen 118 (kini Jl. Ir. H. Juanda 51) Solo. Tentu merupakan kegembiraan bagi jemaat, bahwa sebuah tempat kebaktian telah dimiliki. Akan tetapi, amat disayangkan bahwa keluar atau masuknya ke gereja melalui halaman tetangga di depan gereja. Ketika jalan itu ditutup, jemaat mengalami kesulitan, kendati kemudian mereka dapat menutup parit di sebelah Barat gedung gereja yang dapat dijadikan jalan masuk-keluar. Itu pun masih juga melewati pintu gedung PMS (Perkumpulan Masyarakat Surakarta), yang dengan kebaikan pengurusnya memberi perkenan, bahkan jemaat juga masih diperbolehkan menggunakan halaman gedung PMS untuk parkir kendaraan, kecuali jika gedung PMS dipergunakan untuk acara pernikahan dan lain-lain. Begitulah kesulitan itu dialami selama 20 tahun, sampai terbuka kesempatan ketika ada berita pada medio 1997, bahwa tanah dan bangunan di belakang gereja seluas 1.115 m2 akan dijual.
Jemaat mempergumulkan masalah ini dalam doa, khususnya berkaitan dengan kebutuhan dana, karena harga tanah tersebut per m2-nya sebesar Rp. 750.000,- dan pemilik tanah meminta, agar dibeli seluruhnya. Sementara itu, uang yang ada di kas gereja hanya sebesar 85 juta rupiah. Meski demikian, jemaat memberanikan diri untuk menggalang dana guna menutup kekurangannya dengan cara mencari dana, baik di lingkungan jemaat sendiri, maupun kepada pelbagai pihak yang dapat menjadi saluran berkat Tuhan.
Kemudian, pada saat yang bersamaan, muncul penawaran baru, bahwa tanah dan gudang di depan gedung gereja seluas 487 m2 akan dijual, mula-mula dengan harga 700 juta rupiah, namun kemudian diturunkan samapai 430 juta rupiah. Sebuah angka yang tetap tak terjangkau oleh jemaat. Syukur kepada Tuhan, karena ada anggota jemaat yang bersedia meminjamkan 100 juta rupiah selama satu tahun tanpa bunga, sehingga membuka kemungkinan untuk menggapai cita-cita tersebut. Hal ini ditindaklanjuti dengan pelaksanaan pembelian tanah pada 1 Desember 1998 dan segera dibuat jalan masuk serta penataan lahan parkir. Kendati hutang masih belum terlunasi, namun jemaat dapat memanfaatkan tanah yang lebih luas itu, sehingga mereka mengadakan Kebaktian Syukur pada tanggal 9 Februari 1999, yang dihadiri oleh para tamu dari dalam dan luar kota. Melalui peristiwa ini, nama Tuhan pun dimuliakan.
Pendewasaan
30 Mei 1978Jadwal ibadah
Umum | 06.30; 09.00 |
Anak | 06.30; 09.00 |
Madya | 15.00 |
Remaja | 16.30 (Sabtu) |
Komisi Dewasa | 17.00 (Kamis) |
KUL | 16.00 (Jumat I + III) |
Pemuda | 18.00 (Sabtu) |
Statistik Anggota Jemaat
Sidi | Baptisan | ||
---|---|---|---|
Pria | Wanita | Pria | Wanita |
27 | 37 | 113 | 209 |
Total anggota jemaat | 386 |
Bakal jemaat
- -
Pos
- -