GKI Klasis Solo
GKI Boyolali
Sejarah singkat
Pada akhir tahun 1965, seorang putra Boyolali yang bernama Bapak Sie Djian Ting merasa terpanggil untuk melayani Tuhan, sehingga timbul gagasan beliau untuk mengadakan kebaktian bagi orang-orang Tionghoa yang bukan penganut aliran kharismatik atau Khatolik. Pada awal tahun 1966, gagasan tersebut disampaikan kepda Bapak B. Soemarto yang pada saat itu menjadi guru injil GKJ Boyolali.
Gagasan tersebut disambut baik oleh Bapak B. Soemarto, sebagai realisasinya pada bulan April 1966, Majelis Jemaat GKJ Boyolali membuka kebaktian pada sore hari jam 17.00 dengan menggunakan bahasan Indonesia, karena tujuannya untuk melayani orang Kristen Tionghoa. Jumlah orang Kristen Tionghoa yang mengikuti kebaktian sore di GKJ Boyolali yang terletak di Jl. Pahlawan No. 60 berjumlah lebih kurang 5 orang.
Pada akhir Mei 1966, Bapak B. Soemarto dipanggil untuk melayani jemaat GKJ Prambanan. Sebelum pindah, Bapak B. Soemarto dan Bapak Sie Djian Ting mengadakan pendekatan dengan Majelis Jemaat GKI Sangkrah Solo, dengan tujuan untuk membicarakan pelayanan bagi orang Kristen di Boyolali. Dalam pembicaraan tersebut disepakati bahwa GKI Sangkrah akan melanjutkan pelayanan tersebut dan akan membuka Pos Pi di Boyolali.
Untuk mempersiapkan Pos PI tersebut, Bapak B. Soemarto dan Bapak Sie Djian Ting menghubungi Bapak Sie Djian Lik dan istri untuk meminjam rumahnya yang terletak di Jl. Merbabu No. 5, Boyolali, sebagai tempat untuk kebaktian atau pelayanan Pos PI. Permohonan tersebut disambut baik dan keluarga Bapak Sie Djian Lik mengijinkannya.
Setelah semuanya siap, Majelis GKJ Boyolali yang diwakili oleh Bapak B. Soemarto dan Bapak T. Siomardi menyerahkan pelayanan firman bagi beberapa orang Kristen Tionghoa di Boyolali kepada Majelis Jemaat GKI Sangkrah, Solo yang diwakili oleh Pdt. J. Tjahjaputra (Tan Tjoe Liang), sehinga sejak saat itu resmilah berdiri Pos PI GKI Sangkrah di Boyolali.
Kebaktian Minggu diadakan pada sore hari pukul 16.30 di Jl. Merbabu No. 5, Boyolali. Jumlah pengunjung kebaktian pada awalnya berkisar antara 5-8 orang. Seiring dengan bertambahnya anggota keluarga dalam jemaat dan bertumbuhnya warga baru dari atestasi maupun simpatisan, maka pada tercatat sampai tahun 1988, jumlah pengunjung kebaktian Minggu mencapai rata-rata 30 orang. Pelayanan pada masa itu dilakukan oleh Majelis dan pengerja GKI Sangkrah, Solo, antara lain: Pdt. J. Tjahjaputra, Pdt. N.E. Jeshua, Pdt. J. A. Prayogo, Pdt. Thomas B. Lemuel, Bpk. A. Budipranoto, Bpk. Bambang Baroe W., Bpk. Edy Suharto, dan yang lainnya.
Pada tanggal 5 November 1984 persidangan pleno Majelis Jemaat GKI Sangkrah memutuskan untuk mengangkat 7 orang menjadi Panitia GKI Cabang Boyolali, dan peneguhannya pada tanggal 19 Mei 1985 yang dilayani oleh Pdt. J. A. Prayogo. Adapun Panitia tersebut adalah: Ibu Siti Sudarmi (ketua), Bpk. Edy Wakidjan (penulis), Ibu Lie Tjien Siong (bendahara I), Ibu Tan Tik Gwan (bendahara II), Ibu Si Djian Lik (anggota), Bpk. Sehono (anggota), dan Bpk. Makno (angota).
Dengan diberlakukannya Tata Gereja dan Tata Laksana GKI Jateng pada tangal 11 Oktober 1987, maka nama GKI sangkrah Cabang Boyolali diubah menjadi GKI Sangkrah Bajem Boyolali. Panitia GKI Sangkrah Cabang Boyolali secara otomatis berubah menjadi Panitia GKI Sangkrah Bajem Boyolali.
Kerinduan yang kuat dari jemaat untuk memiliki sebuah gedung gereja yang baik, akhirnya didengar Tuhan. Pada tahun 1988, jemaat Boyolali dapat membeli sebidang tanah seluas kurang lebih 300 m2 yang terletak di kampung Singorejan RT 01 RW 13 Kelurahan Siswodipuran, Boyolali. Oleh karena masyarakat di sekitarnya tidak ada yang mengajukan keberatan untuk dibangun gereja di atasnya, maka dibentuklah Panitia Pembangunan Gedung Gereja pada tahun 1988, dengan susunan: Ibu Singgihsandjojo (ketua), Bpk. Edy Wakidjan (sekretaris), Ibu Tan Tik Gwan (bendahara), Ibu Ratna Thomas Handoko (anggota), Ibu Om Tjien Siong (anggota), Bpk. Edy Soeharto (anggota). Pelaksanaan pembangunan gedung gereja diserahkan kepada Bpk. Tedjo Wijono, salah seorang anggota jemaat GKI Sangkrah. Berkat campur tangan Tuhan dan kerja keras panitia, pembangunan gedung gereja dapat diselesaikan dengan baik dan cepat. Pada tanggal 21 November 1989, gedung gerja baru diresmikan oleh Bupati KDH Boyolali, yang diwakili oleh Wedono Boyolali, Bpk. Suhardi, dan sebelumnya diadakan Kebaktian Pengucapan Syukur yang dipimpin oleh Pdt. J. A. Prayogo.
Setelah diresmikannya gedung gerja yang baru, maka Kebaktian Minggu kemudian dipindah ke gedung gerja yang baru yang sempat sebelumnya berpindah dari Jl. Merbabu 5 ke Jl. Merbabu 44 milik keluarga Bpk. Oei Kiem Ting. Semula Kebaktian diadakan pada sore hari pk. 16.30 dan stelah menempati gedung gereja yang baru diubah menjadi pagi hari pk. 07.00. sedangkan mulai bulan April 2002, kebaktian Minggu diadakan dua kali, yaitu pada pagi hari pk. 07.00 dan sore hari pk. 17.00. pengunjung kebaktian pada tahun 2002 tercatat mencapai 90-100 orang.
Dengan semakin berkembang dan kompleksnya pelayanan, Panitia GKI Sangkrah Bajem Boyolali memandang penting untuk memiliki seorang pengerja. Gagasan ini kemudian disampaikan kepada majelis Jemaat GKI Sangkrah, dan kemudian disetujui. Setelah beberapa waktu berdoa, Panitia Bajem dan Majelis Jemaat GKI Sangkrah menghubungi Sdr. Agus Wiyanto, S.Th. yang saat itu masih menjalani masa orientasi pelayanan di GKI Peterongan, Semarang. Puji Tuhan! Sdr. Agus Wiyanto bersedia menerima pangilan tersebut, dan pada tanggal 1 Juli 1992 Sdr. Agus Wiyanto memulai masa orientasi pelayanan di Boyolali. Setelah melewati masa orientasi, dan kemudian lulus ujian peremtoar, maka pada tanggal 20 Maret 1996, Sdr. Agus Wiyanto ditahbiskan menjadi Pendeta GKI Sangkrah, yang mendapat tugas khusus untuk menggembalakan jemaat di Bajem Boyolali.
Sebelumnya, pada tahun 1991, Panitia Bajem membentuk Panitia Pembangunan Pastori I. Berkat campur tangan Tuhan dan kerja keras panitia, pada tahun 1992 dapat dibeli rumah tipe 36 di Perumahan Pulisen Boyolali untuk rumah pastori. Namun, karena fasilitas air yang tidak memadai, dan jarak dengan jemaat atau gereja cukup jauh, Panitia Bajem memutuskan untuk menjualnya, dan membeli rumah di Belakan, Siswodipuran, Boyolali. Pada bulan April 2002, Panitia Bajem memutuskan untuk merobohkan dan membangun kembali rumah pastori tersebut, karena sudah banyak yang rusak dan lembab, sehingga dibentuklah Panitia Pembangunan Pastori II. Berkat campur tangan Tuhan dan kerja keras panitia, serta dukungan seluruh jemaat, maka pada bulan Desember 2002, pembangunan rumah pastori dapat diselesaikan dengan baik.
Setelah dipandang matang, maka GKI Sangkrah Bajem Boyolali didewasakan pada tanggal 21 November 2003 dengan Majelis Jemaat yang pertama: Pnt. Agustinus Budi Santoso (ketua), Pnt. Slamet Raharjo (sektretaris), Pnt. Agus Pusponegoro (bendahara), Pnt. Maria Widyasari (anggota), Pnt. Ratna Sulisyani Handoko (anggota), Pnt. Louis Adolhin Soeroso Wowor (anggota), Pnt. Budiyani Triwanti (anggota), Pnt. Edi Andreas (anggota), dan sebagai Pendeta Jemaat adalah Pdt. Agus Wijanto, S.Th. namun, sayang pada penghujung tahun 2005, Pdt. Agus Wijanto, S.Th. menerima panggilan untuk melayani di GKI Gatot Subroto Purwokerto, sehingga sampai akhir tahun 2006 ini GKI Boyolali tidak memiliki Pendeta.
Pendewasaan
21 November 2003Jadwal ibadah
Umum | 07.00; 17.00 |
Statistik Anggota Jemaat
Sidi | Baptisan | ||
---|---|---|---|
Pria | Wanita | Pria | Wanita |
86 | 104 | 32 | 22 |
Total anggota jemaat | 244 |
Pendeta Jemaat
- Pdt. Tunggul Barkat Gumelar
Bakal jemaat
- -
Pos
- -