GKI Sinode Wilayah Jawa Tengah

Login
Remember me
GKI Klasis Semarang Barat

GKI Stadion Semarang

Sejarah singkat

Sekitar tahun 1936 di Semarang memang telah hadir gereja-gereja yang kebaktiannya dilayani dalam bahasa Belanda, Melayu dan Jawa, namun belum ada kebaktian yang dilayani dalam bahasa Tionghoa atau Hok Kian. Akibatnya, orang-orang Tionghoa yang beragama Kristen sejak dari Tiongkok terpaksa mengalami kemunduran dalam kehidupan iman mereka. Bersyukur, atas prakarsa Sdr. Phoa Oen Hoo dikumpulkanlah para orang Tionghoa Kristen itu dan hadir 7 orang pria yakni Sdr. Go Siong Hway, Sdr. Tan Tjay Sek, Sdr. Njoo Pek Dho Sdr. Na Gwan Bing, Sdr. Phoa Oen Hoo dan Sdr. Thio Tjiok Hwa (Harman Musa), seorang remaja berusia 16 tahun. Bahasa pengantarnya adalah bahasa Hok Kian, sedang kebaktian hari Minggu pagi dan persekutuan doa pada setiap hari Kamis sore menggunakan ruang tamu rumah Sdr. Sie Ing Kong, penginjil dari HKKTKH Magelang yang mempunyai rumah di daerah Kentangan. Pelayanan kebaktian dan persekutuan dilakukan oleh Pdt Siahaya yang berasal dari suku Ambon dan diterjemahkan oleh Sdr. Phoa Oen Hoo. Atas anjuran Pdt. Siahaya, para wanita juga diminta hadir dalam kebaktian dan persekutuan doa tersebut.

Setelah berlangsung dua tahun (sekitar 1938), Gereja Belanda yakni Protestant Indische Kerk mengizinkan kelompok orang Kristen Tionghoa ini menggunakan Koepel Kerk di Heerenstraat No 32 yang lebih dikenal dengan sebutan `Gereja Blenduk Semarang' sebagai tempat kebaktiannya, yang dihadiri oleh 15-20 orang dengan Seko­lah Minggunya dihadiri oleh 15 orang anak. Sedang persekutuan doa berpindah-pindah menggunakan rumah para anggotanya. Ternyata kelompok orang Kristen Tionghoa ini menggunakan gedung gereja tersebut hingga tahun 1949.

Sejak tahun 1941, jumlah kelompok orang Kristen Tionghoa itu bertambah menjadi sekitar 100 orang. Atas anjuran Pdt H.A.C. Hildering --- yang fasih berbahasa Hok Kian --- dari Zending Oost Java, Surabaya, pada tanggal 24 Agustus 1941 meresmikan kelompok tersebut menjadi _`Hoa Kiauw Kie Tok Kauw Hwee Semarang'_ dengan ketuan­ya Sdr. Phoa Oen Hoo dan masuk dalam lingkungan Sinode Tiong Hoa Kie Tok Kauw Hwee Jawa Timur yang berpusat di Surabaya. Dengan demikian ditetapkanlah tanggal tersebut sebagai tanggal lahirnya gereja yang kemudian dikenal sebagai `GKI Stadion Semarang'.

Didorong oleh kebutuhan seorang gembala, maka jemaat memanggil penginjil Ngo Nai Kiong (Jonathan Wu) yang berasal dari Hok Kian dan semula bertempat tinggal di Singapura. Beliau berada di tengah jemaat HKKTKH Semarang sejak Mei 1947. Dengan tekun dan giat penginjil Ngo Nai Kiong mengayuh sepedanya untuk melayani jemaat.

Berikutnya, jemaat merasa perlu untuk membeli tanah yang direnca­nakan sebagai tempat membangun gedung gereja. Ada dua pilihan tanah yakni yang ada di Jalan Karanganyar dan yang ada di Jalan Stadion, lalu dipilihlah tanah di Jalan Stadion. Menjadi masalah, apakah tanah itu dibeli atas nama gereja Belanda atau atas nama gereja sendiri. Akhirnya, disetujui atas nama gereja sendiri, yang berakibat, bahwa Pdt. Spoor dari gereja Belanda akan mencabut kesediaannya untuk menjadi sponsor penginjil Ngo Nai Kiong. Karenanya, penginjil Ngo akan melayani jemaat di Shanghai saja.  Bersyukur beberapa hari sebelum beliau meninggalkan Semarang, KLM Shipping Company batal berangkat akibat peperangan dan penginjil Ngo diterima kembali melayani jemaat. Keputusan ini berakibat, Sdr. Phoa Oen Hoo beserta 12 orang tidak menyetujui penerimaan kembali penginjil Ngo. Sejak saat itu, jemaat yang berjumlah 49 orang dan 30 orang anak meminjam rumah Pdt. Liem Siok Hie, Jl. Plampitan 31, sebagai tempat kebaktiannya.

Akhirnya, jemaat membentuk Yayasan Hoa Kiauw Kie Tok Kauw Hwee, lalu melaksanakan pembelian tanah di Jl. Stadion seluas 1500 m2 @  Rp 12,50 dari Java Indische Bank. Kemudian pada bulan Agustus 1949 jemaat pindah dari Sinode THKTKH Jawa Timur ke THKTKH Klasis Semarang Sinode Gereja-gereja Tionghoa Jawa Tengah. Selanjutnya, pembangunan gedung gereja dilaksanakan oleh pemborong Sdr. Tan Ie Ang dengan mandornya Sdr. Oei She Ka. Kebaktian peletakan batu pertama terlaksana pada tanggal 9 Oktober 1950 dan kebaktian peresmiannya dilayani oleh Pdt. Tan Ik Hay (Iskak Gunawan) selaku pendeta konsulen, pada tanggal 3 Juni 1951. Tibalah hari penahbi­san penginjil Ngo Nai Kiong pada tanggal 20 Januari 1953 yang dihadiri oleh 28 orang pendeta.

Berkaitan dengan keuangan, jemaat setiap bulan memberikan iuran bulanannya. Namun setelah dirasakan tidak sesuai dengan Alkitab, maka kepada jemaat diberikan kesempatan untuk mempersembahkan secara suka rela dan ternyata dengan berkat Tuhan dapat memenuhi semua kebutuhan jemaat. Untuk memberi kesempatan kepada seluruh jemaat dapat menjabat jabatan gerejawi, maka sejak tahun 1947 para pemangku jabatan tidak memangkunya dua kali masa jabatan berturut-turut. Dengan demikian, jumlah anggota Majelis Jemaat yang semula 16 orang menjadi 11 orang, bahkan pada tahun 1951 tinggal berjumlah 7 orang. Berikutnya, khotbah gereja menekankan tentang kehidupan dan pelayanan Tuhan Yesus, sehingga kehidupan pelayanan jemaat selaras dan kompak, baik di tengah jemaat pada umumnya, maupun di antara para anggota Majelis Jemaat sendiri.  Lalu pada tahun 1949 meningkatlah jumlah komisi menjadi Komisi Sekolah Minggu, Komisi Paduan Suara, Komisi Pemuda, Komisi Wanita dan seksi lainnya. Sementara jumlah anggota jemaat ada 120 orang, sedang pengunjung kebaktian setiap hari Minggunya ada 150 orang.

Pada tahun 1957 jemaat mendirikan Sekolah Dasar Tri Tunggal kelas satu dan dua dengan Kepala Sekolahnya Pdt. Ngo Nai Kiong yang kemudian dialihkan kepada penginjil Tjeng Tjin Sing pada bulan Juli 1958, bertepatan dengan awal pelayanan beliau di tengah jemaat, namun sekolah ini hanya berjalan hingga tahun 1960 sehu­bungan dengan kesukaran karena peraturan pemerintah terhadap semua yang berbau `asing'. Baru pada bulan Juni 1990 dibangun kembali dengan sebuah Taman Kanak-kanak yang dikelola oleh Yayasan Pendidikan Kristen Tri Tunggal.

Pdt. Ngo Nai Kiong menerima panggilan jemaat Hongkong pada bulan Pebruari 1959, sehingga pada bulan Mei 1959 jemaat memanggil penginjil Tan Hong Eng, kemudian menyusul untuk memanggil pengin­jil Thomas Kho pada tahun 1961. Para penginjil melakukan pelaya­nan perkunjungan rumah dan melayani kegiatan muda-mudi. Selama kekosongan pendeta, Pdt. Tan Kiem Liong (Sulaiman Budipranoto) dari GKI Karangsaru menjadi konsulennya. Selanjutnya, pada tahun 1964 jemaat memanggil Pdt. Shu Yen Yen dan disusul penginjil Sdri. Oey Giok Ling yang melayani jemaat hanya setahun saja (1965-1966). Pada masa itu, jumlah anggota jemaat bertambah dengan pesat, khusus paduan suara yang dipimpin oleh Ibu Pdt. Shu Yen Yen sering melayani jemaat-jemaat di kota-kota lain. Juga pada masa ini, jemaat membangun rumah pastori. Sayang Pdt. Shu Yen Yen pada tahun 1967 menerima panggilan jemaat Chen Li Singapura. Selama kekosongan pendeta, maka sekali lagi Pdt. Sulaiman Budipranoto menjadi konsulennya.

Pada awal tahun 1968 jemaat memanggil penginjil Tjoe Tjin Loeng (Enoch Tjoeanda), yang berasal dari tengah jemaat. Namun pelaya­nannya berlangsung sebentar, karena beliau merasa terpanggil untuk melayani jemaat di Ambon. Pada tahun itu pula nama jemaat diganti menjadi `Gereja Kristen Indonesia'. Perubahan nama ini di samping sesuai dengan nama yang ditetapkan oleh Sinode GKI Jawa Tengah, juga karena kini dilaksanakan pelayanan dalam bahasa Indonesia di samping bahasa Hok Kian dan Mandarin yang telah dipergunakan. Untuk keperluan itu, jemaat memanggil penginjil Sim Jung Khang (Andreas Hadi Simeon) dan Pdt. The Hian Hoo (Petrus Hardjopranoto), yang semula melayani GKI Purwokerto dan diteguh­kan pada tanggal 12 Juli 1968. Selanjutnya, untuk menjawab tan­tangan pelayanan jemaat, maka pada tanggal 15 September 1971 ditahbiskan dua orang calon pendeta atas diri penginjil Tjeng Tjin Sing dan penginjil Sim Jung Khang (Andreas Hadi Simeon).

Pos Sekolah Minggu berkembang baik di tiga tempat yakni Pedere­san, Plampitan dan Gang Tengah. Disadari oleh Majelis Jemaat, bahwa pendidikan dan penginjilan merupakan dua hal yang berkaitan erat, maka dibukalah pendidikan bahasa Mandarin pada tanggal 16 Juni 1973 dengan siswa sekitar 150 orang. Namun hanya berlangsung hingga 1 Juli 1976, karena terhalang adanya pembangunan gedung Agape. Untuk komunikasi dengan jemaat, diterbitkan majalah triwu­lan `MANNA' dengan Pdt. Andreas Hadi Simeon sebagai editornya.  Namun kemudian beliau melanjutkan studi ke USA pada Agustus 1974 hingga September 1976 dan untuk sementara pelayanan beliau digan­tikan oleh Ibu Pdt. Andreas Hadi Simeon (Lilian Simeon) dibantu oleh penginjil Silas CB Tjahjono (Tjhen Lie Tjhian) yang berada di tengah jemaat dari 1975 hingga 1978. Sementara itu, jemaat juga membuka Pos PI di daerah Tanah Mas dengan menggunakan rumah Bapak Tjandra Suyanto, Jl. Beton Mas Utara B-151. Kemudian Bapak Pnt. Samsoe Hidayat mempersembahkan sebidang tanah yang akan dibangun gedung gereja di atasnya. Disusul pada tanggal 6 Desem­ber 1984 secara resmi dibuka peresmian gereja di daerah Gondomo­no, bahkan juga membuka Sekolah Minggu pada tahun 1985, yang kemudian meningkat menjadi Bajem, lalu didewasakan pada tanggal 1 Desember 1992. Komisi PI sendiri melakukan pelayanan pekabaran Injil sampai ke Lampung yang dilayani oleh Pnt. Stephen Rachman.

Pada tanggal 19 Nopember 1979 Pdt. Tjeng Tjin Sing dipanggil pulang ke rumah Bapa yang kekal setelah melayani jemaat selama 21 tahun. Kemudian Pdt. Petrus Hardjopranoto memasuki masa emerita­sinya pada tanggal 18 Mei 1981 setelah melayani jemaat GKI Sta­dion selama 13 tahun. Karenanya, jemaat perlu mencari pengerja gereja yang baru dan secara resmi memanggil Ibu Lilian Simeon (Tan Lie Fen) sebagai penginjil.  Sayang pelayanan Pdt. Andreas Hadi Simeon beserta penginjil Ibu Lilian Simeon harus diakhiri karena mereka menerima panggilan jemaat di New Zealand pada tahun 1986. Bersyukur ada Ibu Priskila Sie yang telah melayani jemaat sejak 1984 kendati hanya sampai tahun 1987 saja, sehingga tidak mengalami kekosongan. Untuk mengatasi kebutuhan tenaga pengerja, jemaat memanggil Sdr. Budi Cahyono sebagai calon pendeta yang diproyeksikan untuk melayani pekerjaan Tuhan di bakal Jemaat Gondomono. Kemudian jemaat juga memanggil pada tahun 1987 pengin­jil Philip Lukito yang melayani jemaat selama 3 tahun (1987-1990), penginjil Titus Gunawan Hendriyanto (1987 - kini) dan Sdri. Thio Hui Fong (1987 - kini). Sementara ada kekosongan pendeta, Pdt A.K. Jonatan dari Gereja Gereformeerd Kalisari Semarang sebagai konsulennya sampai tanggal 20 September 1988, ketika penginjil Titus Gunawan Hendriyanto ditahbiskan.

Waktu terus berlalu dengan tanpa memperhatikan apakah manusia memanfaatkannya dengan baik atau tidak. Tetapi, bagi GKI Stadion setiap waktu yang ada digunakan sebagai suatu kesempatan yang diberikan kepadanya. Untuk itulah, di tahun 1990 merupakan tahun yang membuat gereja ini berbuat lebat karena dalam bulan Juni 1990, TK Kristen TRI TUNGGAL berdiri dengan dikelola oleh Yayasan Pendidikan Kristen Tri Tunggal.

GKI Stadion terus bertumbuh menjadi gereja yang sangat diberkati oleh Tuhan, untuk itulah kini berbagai kegiatan dilakukan di GKI Stadion, yaitu:

- Latihan PS Jang Jing                           : setiap hari Senin pkl. 17.00 WIB

- Persekutuan Doa Pagi                         : setiap hari Selasa pkl. 05.30 WIB dan setiap hari Jumat pkl. 05.30 WIB

- Persekutuan Dewasa                           : setiap hari Selasa pkl. 16.30 WIB

- Latihan PS Lidya                                 : setiap hari Selasa pkl. 17.30 WIB

- Persekutuan Doa Sore                         : setiap hari Rabu pkl. 17.30 WIB

- Persekutuan Rumah Tangga                 : setiap hari Kamis minggu I (Menyanan) pk. 18.30 WIB;

  minggu II (Kentangan dan Gambiran) pkl. 18.00 WIB;

  minggu III (Gambiran) pkl. 18.30 WIB, (Puri Anjasmoro

  dan Grand Marina) pkl. 18.15.00 WIB)

- Latihan PS Imanuel                              : setiap hari Kamis pkl. 19.00 WIB

- Persekutuan Lansia Jang Jing              : setiap hari Jumat minggu III dan V pkl. 17.00 WIB

- Latihan PS Efrata                                : setiap hari Jumat pkl. 20.00 WIB

- Persekutuan Pemuda                           : setiap hari Sabtu pkl. 17.30 WIB

- Kebaktian Umum I                               : setiap hari Mingggu pkl. 06.00 WIB

- Persekutuan Remaja                            : setiap hari Minggu pkl. 07.30 WIB

- Kebaktian Sekolah Minggu                  : setiap hari Minggu pkl. 07.30 WIB (di pusat), pkl. 08.00

  WIB, pkl. 16.00 WIB dan pkl. 16.30 WIB (di cabang-

  cabang)

- Kebaktian Umum II                              : setiap hari Minggu pkl. 09.00 WIB

- Latihan PS Hosana                              : setiap hari Minggu pkl. 09.00 WIB

- Latihan PS Eben Haezer                      : setiap hari Minggu pkl. 16.30 WIB

- Kebaktian Umum P. Plamongan Indah  : setiap hari Minggu pkl. 17.00 WIB

Pendewasaan
31 Agustus 1941
Jadwal ibadah
Umum06.00; 08.15
Umum-Mandarin10.30
Anak08.15
Remaja17.00 (Sabtu)
Dewasa17.00 (Jumat)
Pemuda17.00 (Minggu)
Usia Lanjut17.00 (Selasa)

 

Kontak
  • Jl. Ki. Mangunsarkoro 3, Semarang - 50241
  • Telp.(024) 8310540 ; Fax (024) 8315751
  • tu@gkistadion.org
  • http://www.gkistadion.org
Statistik Anggota Jemaat
SidiBaptisan
PriaWanitaPriaWanita
Total anggota jemaat 0
Pendeta Jemaat
  • Pdt. Ponco Tri Handoko
  • Pnt. Eunike Chilvia N.T (Thio Hui Fong)
Bakal jemaat
    -