GKI Klasis Solo
GKI Kartasura
Sejarah singkat
Semula kota Kartasura merupakan tanah yang tandus untuk ditaburi Injil. Begitulah kenyataannnya, sehingga benih Injil itu membutuhkan air sebagai pelepas dahaga, tutup peneduh yang menaungi orang dari teriknya matahari, memerlukan perawatan yang teliti dan setia, agar terpelihara dengan baik dan membutuhkan kesabaran dan keteguhan hati. Masalahnya, siapa gerangan manusia yang mampu melakukan kesemuanya itu? Setelah kita gumuli, tak dapat tidak hanya Tuhan yang mampu melakukan kesemuanya itu demi mekarnya Injil tersebut. Hal ini mengingatkan kita kepada I Korintus 3:7, yang berbunyi “Karena semua itu, yang penting bukanlah yang menanam atau yang menyirami, melainkan Allah yang memberi pertumbuhan”.
Periode Penaburan benih (1953-1960)
Injil pertama kali dikabarkan pada tanggal 25 Januari 1953, ketika Tiong Hoa Kie Tok Kauw Hwee Coyudan Solo menjadikan kota Kartasura sebagai sasaran penginjilan. Seorang anggota jemaat meminjamkan mobilnya kepada Pdt. Tan Hok Sing (S. Tandiowidagdo) untuk memberitakan Injil di Kartasura, sedang keluarga Oei Soen Kwan menyediakan rumahnya sebagai tempat ‘perkumpulan’ pada setiap hari Senin pukul 17.00. Istilah ‘perkumpulan’ diartikan sebagai berkumpulnya orang Kristen. Perkumpulan itu di ruang depan dan dihadiri oleh sekitar 5 orang laki-laki dan 10 orang perempuan, sedangkan anak-anak berjumlah sekitar 20 orang dan berkumpul di ruang belakang dengan para pengasuhnya yaitu Sdr. Tan Ping Swie, Sdr. Ie lian Sien dan Sdr. Yap Gay Ping.
Perayaan Natal pertama kali diselenggarakan di Kastasura pada tanggal 23 Desember 1953 dan merupakan pesta rohani yang membawa suka cita bagi masyarakat Kartasura. Perayaan Natal untuk anak-anak pada pagi hari dihadiri oleh sekitar 35 orang dan sore hari untuk orang dewasa dihadiri oleh sekitar 100 orang. Selanjutnya, PI di Kartasura berjalan baik, sampai pada tanggal 3 Oktober 1954 dibaptis dan disidinya Sdr. Tan Tjien Gwan, Sdr. Oei Thian Hong, Ibu Marianingsih, Ny. Oei Hwat Nio dan Ny. Oei Soen Kwan dengan 5 orang anak. Inilah tuaian buah-buah sulung jemaat Kartasura, yang dihadiri oleh Pdt. Then Djien Soei, Pdt. J.M. Vlijm dan Zuster J.C. van Vliet. Mereka hadir sebagai wakil Deputat Pekabaran Injil Sinode. Dengan buah-buah sulung yang disusul dengan buah-buah berikutnya, ditetapkanlah jemaat Kartasura sebagai cabang dari THKTKH Coyudan Solo. Pada tahun 1956 namanya diubah menjadi ‘Geredja Kristen Indonesia Tjabang Kartasura’ dengan Panitia Cabangnya yang terbentuk pada 1 April 1957, yang terdiri dari Sdr. Tan Giok Siang (Ketua), Ny. Oei Hwat Nio (Penulis) dan Ny. Oei Soen Kwan (Bendahara). Inilah catatan pertumbuhan jemaat yang perlu diperhatikan: tahun 1954 dibaptis 5 orang dewasa dan 5 orang anak, tahun 1955 dibaptis 9 orang dewasa dan 6 orang anak, tahun 1956 dibaptis 10 orang dewasa dan 6 orang anak dan tahun 1957 dibaptis 14 orang dewasa dan 6 orang anak.
Dalam statusnya sebagai cabang GKI Coyudan, kebaktian pada setiap hari Minggu dilayani secara bergantian oleh Pdt. Tan Hok Sing, Guru Injil Liem Djiet Go (Daud Adiprasetya) dan beberapa penatua gereja. Pada tanggal 1 Juni 1968, tempat kebaktian tersebut dipindahkan ke rumah Sdr. Tan king Tjiauw, Jl. Raya Kartasura, karena keluarga Oei Soen Kwan pindah ke Solo dan tempat itu akan dipergunakan sendiri oleh penghuni yang baru.
Periode Benih Mulai Tumbuh (1960-1982)
Pada masa ini, PI berjalan kendati mengalami pasang dan surut, Tuhan menggerakkan hati Sdr. Tan Tjieng Gwan untuk mempersembahkan tanahnya guna dibangun gedung gereja di atasnya. Karena itu, Majelis Jemaat GKI Coyudan membentuk Panitia Pembangunan pada tanggal 7 oktober 1963 dan berhasil membangun gedung gereja, sehingga kegiatan-kegiatan berjalan lancar. Selanjutnya, jemaat memanggil Sdri. Esther Widyastuti selaku guru jemaat, yang melayani jemaat pada tahun 1976 hingga tahun 1978. Kehidupan jemaat berlanjut, kebutuhan pelayanan seorang pengerja gereja makin terasa. Oleh karena itu, dipanggillah Sdr. John Then pada tanggal 1 Mei 1979 oleh Majelis Jemaat GKI Coyudan untuk mengembangkan jemaat Kartasura mulai dari Sekolah Minggunya, yang berjumlah 165 orang anak dengan 26 orang guru Sekolah Minggu yang aktif, kelompok paduan suara dan komisi wanitanya. Dengan demikian Panitia GKI Cabang Kartasura pun terbentuk pada tahun 1981, dengan susunan sebagai berikut: Bpk. John Then (Ketua), Bpk. Eko Sutrisno (Wakil Ketua), Bpk. Ie Lian Sien (Penulis I), Bpk. Krishna Tikamdas (Penulis II), Bpk. Yohanes Hardjono (Penulis III), Bpk. Yonathan Kristanto (Penulis IV), Bpk. Wongsotaruno (Bendahara I), Bpk. Stevanus Arjan (Bendahara II), dengan anggotanya: Bpk. Karso Suyitno dan Bpk. Hadiprawoto. Panitia ini dilengkapi pula dengan Seksi Perawatan Gedung Gereja (Bpk. S. Handoyo Saputro), Seksi Kematian (Bpk. Hardjosumarno) dan Seksi Jadwal Pengkotbah (Bpk. Dien Djumali, Bpk. Ie Lian Sien dan Bpk. John Then ).
Selanjutnya, dengan 198 orang anggota jemaat dewasa dan baptisan, jemaat GKI cabang Kartasura mempersiapkan diri untuk meningkatkan statusnya sebagai jemaat dewasa. Untuk keperluan proses menuju pendewasaan, jemaat Kartasura mempergumulkan rencananya dalam doa dan menyiapkan diri untuk memahami makna kedewasaan bergereja dengan mengadakan ceramah-ceramah yang dibawakan oleh Pdt. S. Tandiowidagdo (tentang ‘Ciri-ciri gereja dewasa’) dan Pdt. John A. Prayogo (tentang ‘Hal Peraturan Gereja’).
Periode Tumbuh Menjadi Dewasa (1982-2006)
Setelah 29 tahun lamanya Kartasura bertumbuh, tibalah pada tahun 1982 sebagai tahun yang membahagiakan jemaat Kartasura. Betapa tidak, semua persyaratan selaku jemaat dewasa telah dipenuhi, sehingga pada tanggal 5 Maret 1982 dilaksanakan Pendewasaaan Jemaat Kartasura, sekaligus dengan penahbisan Sdr. John Then sebagai pendetanya. Adapun susunan Majelis Jemaatnya yang pertama adalah, Pdt. John Then (Ketua), Tt. Ie Lian Sien (Wakil Ketua), Tt. E. S. Hadisasmito (Penulis I), Tt. Johanes Hardono (Penulis II), Tt. Krishna Tikamdas (Bendahara), Tt. Yonathan Kristanto (Inventaris), Dk. Ponco Iskandar (Ketua Diakonia), Dk. Timotius Sugiman (Penulis Diakonia) dan Dk. Wongsotaruna (Bendahara Diakonia).
Jemaat Kartasura yang telah dewasa ini langsung mengembangkan diri dengan membentuk kelompok-kelompok Pemahaman Alkitab di Keputren, Duwet, Purwogondo, Tegalrejo dan Ngadijayan. Pada tanggal 5 Januari 1985 kelompok Pemahaman Alkitab Duwet berkembang menjadi Bakal Jemaat Duwet dengan kegiatan kebaktian pada setiap hari Minggu pukul 16.00 di rumah keluarga Bpk. Tjiptokarno dan Pemahaman Alkitab pada setiap hari Kamis pukul 19.00. Adapun anggota Bajem Duwet yang kemudian dibaptis adalah Ibu Yosiana Mardiyem, Ibu Hana Retno Djinarwanti, Bpk. Elkana Samidi Hasisasmito dan Ibu Hana Trinem Hadisasmito.
Pada tanggal 14 September 1986 Pdt. John Then mengakhiri pelayanannya di tengah jemaat GKI Kartasura, karena menerima panggilan GKI Gatot Subroto Purwokerto dengan tugas khusus di Ajibarang dan Bumiayu. Selang 3 (tiga) hari kemudian, Tuhan memanggil rekan penatua Bpk.Tan King Tjiauw (Ponco Iskandar) yang merupakan salah seorang dari ‘tiga serangkai’ perintis PI di Kartasura bersama Bpk. Wongsosutarno (GKI) dan Bpk. Tjiptohardjono (GKJ).
Selama belum mempunyai pendeta sendiri, Pdt. Daud Adiprasetya dari GKI Coyudan menjabat selaku pendeta konsulen GKI Kartasura. Syukur kepada Tuhan, bahwa pada tanggal 27 Juni 1987 jemaat memanggil Sdr. Agus Wiyanto untuk memasuki tahap perkenalan dan orientasi. Pada masa itu, dilakukan perubahan struktur Majelis Jemaat dengan sistem pembidangan, yaitu Bidang I (Pengembangan Jemaat ke luar), Bidang II (Pembinaan Kedewasaan ke dalam) dan Bidang III (Pelayanan Diakonia). Setelah dipraktikkan, ternyata struktur baru itu tak dapat terlaksana dengan baik, karena adanya ketidakseimbangan. Akibatnya, berdasarkan rapat tanggal 8 Agustus 1988, diputuskan untuk membuat jadwal persidangan dua kali sebulan dengan stuktur model lama.
GKI Kartasura sebenarnya rindu untuk memiliki sebuah rumah pastori. Karena itu, ketika terbetik berita, bahwa rumah pastori kontrakan akan dijual, dibentuklah Panitia Kecil Penggalangan Dana Rumah Pastori. Akan tetapi, ketika ada berita bahwa akan keluar SK Pemda berkaitan dengan pelebaran jalan yang akan mengenai rumah pastori maupun gedung gereja, hal ini membuat Majelis Jemaat berpikir ulang, yaitu tak hanya memikirkan masalah pastori, melainkan juga masalah gedung gereja. Tambahan lagi, kapasitas gedung gereja lama sudah tidak memadai lagi, karena lokasinya berada di jalan ramai dan suara bising mobil terasa mengganggu kebaktian. Selain itu, karena biaya renovasi gedung gereja lama dan pembangunan rumah pastori hampir sama dengan mendirikan gedung gereja baru dan biaya mengubah gedung gereja lama menjadi rumah pastori, serta adanya kabar, bahwa tanah seluas lebih kurang 400 m2 yang terletak di belakang gedung gereja dapat dimiliki dengan ganti rugi sebesar 15 juta rupiah dikurangi 10 % sebagai persembahan dan dapat diangsur, maka diputuskan untuk mengubah kebijakan dan mengganti nama panita di atas menjadi Panitia Pembangunan Gedung Gereja dan Rumah Pastori GKI Kartasura. Kemudian, mereka segera membayar uang muka sebesar 6 juta rupiah. Setelah terbentuknya panitia, muncul pemikiran tentang kemampuan menanggung beban pembiayaan pembangunan kedua gedung tersebut. Beberapa anggota Majelis Jemaat beserta sebagian anggota jemaat mempergumulkan masalah ini dalam doa mereka kepada Tuhan Yesus, setiap malam pukul 24.00 selama seminggu di gereja. Setelah merasa mantap, tepatnya pada tanggal 5 Maret 1989, dilakukan peletakan batu pertama oleh Pdt. S. Tandiowidagdo selaku penabur benih Injil pertama yang disusul dengan batu kedua oleh Bpk. Wongsortaruno selaku sesepuh (mantan diaken) dan batu ketiga oleh Pnt. Ie Lian Sien selaku Ketua Majelis Jemaat.
Pembangunan di atas mulai berjalan dengan modal 3 juta rupiah, pinjaman dari sebuah Biro Bangunan, yang akan dibayar setelah dana masuk dan akan berhenti selama dana belum masuk. Inilah proses yang berjalan di tengah proses tersebut, Sdr. Agus Wiyanto mengakhiri masa pelayanannya di tengah jemaat pada tanggal 1 Januari 1990 karena menerima panggilan GKI Purworeja Klampok. Begitulah keberadaan GKI Kartasura, silih berganti, datang dan pergi. Kemudian datanglah Bpk. Yunianto pada tanggal 3 Juni 1991 mengawali masa perkenalan dan orientasinya di tengah jemaat. Beliau ditahbiskan pada tanggal 10 Februari 1993 dan melayani hingga kini tahun 2006.
Adapun jumlah anggota GKI Kartasura sampai dengan bulan September 2006 adalah sebanyak 1.131 orang.
Pendewasaan
5 Maret 1982Jadwal ibadah
Umum | 06.30; 09.00 |
Sekolah Minggu | 09.00 |
Persekutuan Remaja | 18.00 (Sabtu) |
Persekutuan Pemuda | 18.00 (Sabtu) |
Sarasehan Komisi Dewasa | 18.30 (Kamis) |
Persekutuan Lanjut Usia | 10.00 (Sabtu) |
PA Wilayah I, II, III | 18.300 (Rabu I dan Rabu III) |
PA Wilayah IV, V | 18.30 (Jumat I dan Jumat III) |
Jadwal Ibadah Pos Jemaat Duwet :
Umum | 17.00 |
PA | 18.30 (Jumat I dan Jumat III) |
Statistik Anggota Jemaat
Sidi | Baptisan | ||
---|---|---|---|
Pria | Wanita | Pria | Wanita |
Total anggota jemaat | 0 |
Pendeta Jemaat
- Pdt. Ayub Sektiyanto
Bakal jemaat
- -