GKI Sinode Wilayah Jawa Tengah

Login
Remember me
GKI Klasis Magelang

GKI Muntilan

Sejarah singkat

Jemaat GKI Muntilan menempuh sebuah perjalanan yang cukup panjang.  Jemaat ini pernah mengalami pengasuhan yang berpindah-pindah antara GKI Magelang dan GKI Ngupasan Yogyakarta. Kota Muntilan dikenal sebagai kota cadas yang sukar ditembus oleh Injil Tuhan Yesus, meskipun oleh Pdt. Adi Christianto Suwandi menyebutnya dengan ‘Pulau Bulan’ (Moon Island). Pada tahun 1933 tercatat ada beberapa orang Kristen berkebaktian di Gereja Kristen Jawa Jamblangan, Srumbung, yang digembalakan oleh Bpk. Tubin Martowidjojo. Mereka adalah Ny. Kwik Sioe Lie, Ny. Oei A Po, Mbok Loi dan keluarga Tan Tjiang An.

 

Kerinduan untuk mengadakan kebaktian di kota Muntilan terwujud ketika pada tahun 1934 keluarga Liem Ing Djwan di kampung Sleko membuka rumahnya untuk kebaktian hari Minggu, yang dilayani oleh Bpk. R.M. Prawiro Soegondo dari Tempel dalam bahasa Jawa. Pada tahun 1935 tempat kebaktiannya dipindahkan ke rumah Ny. Aning, Wetan Lamat Muntilan. Sejak tahun 1938, sekali lagi tempat kebaktian dipindahkan ke rumah Encik A Djong. Sejak masa itulah Guru Injil Dhiong Sik dari Hoa Kiauw Kie Tok Kauw Hwee Magelang melakukan penginjilan secara rutin dalam bahasa Melayu, baik melalui kotbah, maupun perkunjungan dari rumah ke rumah. Selanjutnya, Guru Injil Dhiong juga didampingi oleh saudara-saudara lain, baik pria maupun wanita. Sejak waktu itu, dilakukan pula les menjahit dan masak, sehingga makin banyak peminat terhadap berita Injil.

Selanjutnya, HKKTKH Magelang pada tanggal 15 Oktober 1942 menahbiskan pendetanya yang pertama atas diri seorang muda bernama Tan King Hien. Sejak itu, pelayanan penginjilan makin diperkuat, tak hanya di kota Muntilan, tetapi juga di kecamatan Blabak. Beliau bersepeda dengan ban mati dari Magelang ke Muntilan yaitu pulang pergi. Pelayanan beliau bersepeda menghasilkan adanya baptisan pertama di tengah jemaat Muntilan atas diri Sdr. The So Han dan Sdr. Kho Kiem Kwan, pada tanggal 15 Agustus 1943. Sayang, pada masa itu pula Tuhan memanggil Guru Injil Dhiong Hong Sik ke rumahNya yang kekal. Pada tanggal 25 Februari 1944, dibentuklah Panitia Gereja Muntilan yang pertama yang terdiri dari Sdr. Kho Tjan Liong, Sdr. Kwee Kiem Kwan, Sdr. Kwee Gay Bing, Sdr. Jap Djie Jang dan Guru Injil Lie Tie Jong, yang diserahi tugas untuk melayani cabang jemaat Blabak dan Muntilan. Perlu juga diketahui, bahwa Guru Injil Liem Ik Tjiang (Irawan T. Salim) dari cabang jemaat Grabag sering mengunjungi bekas anggotanya yang bermukim di Muntilan. Beliau sesekali diminta pula untuk melayani kebaktian, sehingga menambah perkembangan jemaat Muntilan. Menarik untuk diperhatikan, bahwa jemaat Blabak mempunyai anggota lebih banyak dan telah mampu untuk berdiri sendiri. Jemaat ini didewasakan pada tanggal 15 Agustus 1947 dengan majelis terdiri dari Guru Injil Lie Tie Jong, Sdr. Tan Ing Swan, Sdr. Tan Kiem Sik, Sdr. Siem Tjien An dan Sdr. Ong Kian Tiong. Sejak itulah muncul usul agar jemaat Muntilan menjadi cabang dari jemaat Blabak mengingat jaraknya yang dekat. Amat disayangkan, bahwa Agresi Belanda I (1947) telah mengacaukan semua kehidupan masyarakat, termasuk juga kehidupan berjemaat di Muntilan dan Blabak. Sebagai akibatnya jemaat Blabak bubar, karena seluruh anggotanya mengungsi, baik ke Muntilan, Magelang, maupun Yogyakarta, bahkan ada pula dari mereka yang menjadi korban peperangan itu. Guru Injil Lie Tie Jong dan keluarga mengungsi ke Muntilan dan ditampung di rumah keluarga The So Han. Di rumahnya-lah kebaktian pada setiap hari Minggu berlangsung. Baru pada awal tahun 1949, Ny. Tan Kiem Jong menyediakan rumahnya yang besar, terletak di Jalan Raya, sebagai tempat kebaktian hari Minggu. Hal itu berlangsung bersama dengan jemaat Gereja Kristen Jawa, yang tidak lagi mempunyai Guru Injil karena Bpk. Tubin Martowidjojo telah gugur pada agresi Belanda II (1948).

Atas usul Guru Injil Lie Tie Jong, jemaat Muntilan tidak lagi menjadi cabang GKI Magelang, tetapi pindah menjadi cabang dari GKI Ngupasan Yogyakarta.  Usul ini disetujui dalam persidangan Klasis di Yogyakarta pada tanggal 20 Maret 1949.  Selanjutnya, Pdt. Then Djin Soei beserta para anggota Majelis Jemaat GKI Ngupasan Yogyakarta melayani jemaat Muntilan dengan rajin.  Pelayanan itu menghasilkan beberapa saudara yang dibaptiskan.  Amat disayangkan pula, bahwa Guru Injil Lie Tie Jong, pada tanggal 1 Januari 1951, meninggalkan jemaat Muntilan untuk melayani jemaat Mojokerto, Jawa Timur.  Pada tahun 1953, keluarga Tan Bian Hing menyediakan tempatnya, sebuah gudang tembakau ‘Kebun Dahlia’, sebagai tempat kebaktian, sekaligus pada waktu itu disusun Panitia Gereja yang baru.  Dari sekian banyak mantan anggota Panitia Gereja, Sdr. Jap Djie Jang adalah satu-satunya yang masih bertahan sejak terbentuknya Panitia Gereja yang pertama.

Selanjutnya, jemaat Muntilan kembali menjadi cabang jemaat GKI Magelang sejak tanggal 16 Juni 1957, sebagai hasil perundingan dengan jemaat GKI Ngupasan Yogyakarta.  Pada masa itu, jemaat GKI Magelang telah ditinggalkan oleh Pdt. Tan King Hien yang memenuhi panggilan GKI Pengampon Cirebon.  Penggantinya, Guru Injil Goei Kian Sing (Gideon Karyadi Dwidjopramono), dengan setia pada setiap hari Rabu datang ke Muntilan untuk melakukan pelayanan, baik perkunjungan, maupun katekisasi.  Kemudian hadir Guru Injil Njoo Liang Sing (Samuel Dharmahatmadja) untuk melayani jemaat Muntilan, namun beliau kemudian menerima panggilan jemaat GKI Karangsaru Semarang pada tanggal 26 November 1964.  Penggantinya, Guru Injil Hiem Bian Kiet (Budhiadi Henoch), melanjutkan ‘tradisi’ melayani jemaat Muntilan pada setiap hari Rabu, di samping melayani kebaktian di sana sesuai dengan penjadwalan GKI Magelang.  Hal ini berlangsung sejak 1 September 1967 sebagai persiapan hingga saat pendewasaannya. Adapun Majelis Jemaat sulung GKI Muntilan adalah: Tt. Stephen Hendargo (Gouw Swie Twan), Tt. J. Budhi Harjono (Tan Gwan kiet), Tt. Susilo Handoko (Lie Soen Han), Tt. Daniel Heryanto (The Hong An), Dk. Ny. Bagiobinoto (Liem Giok Bie) dan Dk. Ny. Tan Hwai Djien, dengan konsulennya Pdt. G. K. Dwijopramono dari GKI Magelang.

Berkaitan dengan kebutuhan sebuah rumah kebaktian, dibentuklah Panitia Pembangunan Gedung Gereja Muntilan pada tanggal 28 Mei 1959.  Anggota-anggota panitia ini melibatkan banyak saudara, khususnya dari GKI Magelang, bahkan Ny. A. Gunawan (Ko Ik Gwan) mempersembahkan hasil perayaan HUT-nya untuk panitia ini.  Ketika dirasakan harga tanah terlalu mahal dan tidak terjangkau, kali ini panitia bersyukur karena keluarga Tan Bian Hing menghibahkan tanah seluas lebih kurang 400 m2 untuk dijadikan lahan gedung gereja Muntilan.  Oleh karena itu, pada tanggal 28 Oktober 1959 dilakukan upacara peletakan batu pertama pembangunan gedung gereja yang dilayani oleh Guru Injil Goei Kian Sing.  Kendati mengalami kesulitan dalam masalah dana, namun pada akhirnya, dengan berkat Tuhan, pembangunan gedung gereja itu selesai dan diresmikan pada tanggal 22 Mei 1961.  Disusul kemudian pada tanggal 31 Desember 1961 dilakukanlah baptisan pertama di gedung gereja yang baru itu.

Sejak adanya gedung gereja, Firman Tuhan yang ditaburkan makin mendapat tempat yang baik dalam hati para pengunjung kebaktian, sehingga tahun-tahun berikutnya merupakan masa yang penuh dengan kesukaan bagi seluruh jemaat yang jumlahnya makin bertambah.  Untuk lebih meningkatkan perkembangan jemaat, didirikanlah sekolah Kristen pada tanggal 7 Januari 1967 dengan nama Taman Kanak-Kanak dan Sekolah Dasar Kristen Bentara Wacana, dari kelas 1 hingga kelas 4. Sekolah ini menyewa sebuah bekas gudang tembakau di sebelah utara Kali Blongkeng.  Nama bentara berangkat dari pemikiran, bahwa sekolah Kristen ini diharapkan menjadi ‘bentara Injil’, sebagaimana Yohanes Pembaptis menjadi bentara Mesias (Matius 3:1-6).  Jika animo dari masyarakat besar, maka selanjutnya akan dikembangkan sampai kelas 6.  Ternyata hal ini benar-benar terlaksana, karena masyarakat Muntilan menyambut kehadiran sekolah ‘Bentara Wacana’ ini dengan antusiasme yang besar. kendati ketika dilangsungkan ujian SD-nya yang pertama masih ‘nebeng’ pada sekolah lain.  Kini, sekolah ‘Bentara Wacana’ menjadi salah satu sekolah yang baik di kota Muntilan dan berkembang hingga tingkat SMU.

Persidangan Klasis Magelang ke III di Salatiga pada tahun 1971 memutuskan untuk mendewasakan jemaat Muntilan, dan pendewasaannya dilaksanakan pada tanggal 31 Agustus 1971.  Adapun Majelis Jemaat yang pertama dari GKI Muntilan adalah Tt. Subiyanto Handoko (Gouw Swie Twan), Tt. J. Budhi Hardjono (Tan Gwan Kiet), Tt. Susilo Handoko (Lie Soen Han), Tt. Daniel Heryanto K. (The Hong Ang), Dk. Ny. Bagiobinoto (Liem Giok Bie) dan Dk. Ny. Tan Hway Djien, dengan konsulennya Pdt. G. K. Dwijopramono dari GKI Magelang.

Untuk menjawab kebutuhan seorang pendeta, dipanggillah Sdr. Koo Tiong Goan (Adi Christianto Suwandi), lulusan STT Duta Wacana Yogyakarta, pada tahun 1974 dan ditahbiskan pada tanggal 20 Agustus 1975.  Beliau melayani jemaat ini hingga hari ini, bahkan telah merayakan kebaktian peringatan 25 tahun pelayanan beliau di GKI Muntilan pada tahun 2000.  Kita mengetahui, bahwa jemaat GKI Muntilan ternyata telah bertumbuh di kota yang dikenal seperti batu cadas ini, berkat ‘batu karang yang teguh’, Tuhan Yesus Kristus, yang dengan kuasa Roh-Nya telah menghancurkannya.  Hal ini terbukti dengan bertambahnya jumlah anggota menjadi 480 orang sampai tahun 2006 ini.

Pendewasaan
31 Agustus 1971
Jadwal ibadah
Umum06.30;18.00 (Sabtu)
Anak08.00
Remaja08.30

 

Kontak
  • Jl. Karangwatu 43, Muntilan – 56414
  • Telp: (0293) 587857, Fax: (0293) 587857; 0856 4342 2179
  • gkimuntilan@yahoo.com
Statistik Anggota Jemaat
SidiBaptisan
PriaWanitaPriaWanita
2222787460
Total anggota jemaat 634
Pendeta Jemaat
  • Pdt. Kristiani Setyaningsih Santoso, S.si
Bakal jemaat
    -
Pos
    -