GKI Sinode Wilayah Jawa Tengah

Login
Remember me
GKI Klasis Semarang Timur

GKI Blora

Sejarah singkat

Sekitar tahun 1890, Badan Pekabaran Injil Jerman, ‘Neukirchener Missionhaus’, mengutus utusannya ke Hindia Belanda dan melakukan peberitaan Injil di Jawa Tengah Utara hingga Jawa Timur, yang meliputi kota Tegal hingga Bojonegoro. Karena kantor pusatnya di Salatiga, maka dikenallah mereka dengan sebutan ‘Salatiga Zending’. Ternyata badan PI ini mendapat dukungan dari jemaat NHK di Utrecht, Nederland.

Pada tahun 1891, seorang pemberita Injil bernama A. Zimmerbeutel, utusan ‘Salatiga Zending’, diutus ke Blora untuk menghadirkan balai pengobatan dan sekolah. Disusul kemudian dengan seorang pemberita Injil lain yang bernama Daniel, yang semula memberitakan Injil kepada orang-orang suku Jawa dan kemudian memperluasnya kepada orang Tionghoa di Blora dan sekitarnya. Mereka semua beribadah di gereja Jl. Dr. Sutomo 44 sekarang.

Menjelang terjadinya Perang Dunia II pada tahun 1937, baik jemaat suku Jawa, maupun orang-orang Kristen Tionghoa, berniat untuk mandiri dan lepas dari ‘Salatiga Zending’. Karena itu, terbentuklah persekutuan orang Kristen Tionghoa yang dilayani oleh seorang Guru Injil bernama Tjioe Wie Poa hingga bulan Maret 1937. Baru pada tanggal 23 Februari 1937 diresmikan sebuah jemaat dengan nama ‘Pasamoean Kristen Tionghoa Ressort Blora’, dengan anggota jemaat sebanyak 75 orang, yaitu dari Blora (21 orang), Banjarrejo (2 orang), Rembang (16 orang), Ngawen (27 orang) dan Kunduran (9 orang). Adapun Majelis Jemaat yang pertama adalah Pdt. J. Bretyler, Sdr. Liem Gik Siang, Sdr. Lie Tok Hap, Sdr. Oei Sing Hwa, Sdr. Liem Giok Hwat. Sdr. Tio Thiam Hok. Sdr. Tan An Ting, Sdr. Liong San Tjong dan Sdr. Tee Siem Lian. Semua utusan ‘Salatiga Zending’ yang melayani jemaat tersebut adalah Pdt. J. Bretyler samapai November 1937, Nona Rade sampai Desember 1937 dan Pdt. A. Schwars Sampai Februari 1940. Selanjutnya, pada bulan September 1940, nama gereja itu diubah menjadi ‘Tiong Hoa Kie Tok Kauw Hwee’ (THKTKH), yang kemudian bergabung dengan jemaat-jemaat dalam ikatan Sinode Gereja-gereja Kristen Tionghoa Jawa Tengah sejak tanggal 7-8 Agustus 1945.

Dalam masa sulit antara tahun 1940-1850 ini, guru Injil Liem Thiam Ik, yang telah melayani sejak Agustus 1937 dengan pendeta konsulennya Pdt. Liem Siok Hie dari THKTKH Semarang, tetap setia melayani jemaat. Namun demikian karena pendudukan Jepang pada tahun 1942 dan Agresi Belanda telah memaksa anggota-anggota jemaat untuk mengungsi, hal itu menyebabkan kehidupan jemaat menjadi suram. Selanjutnya, guru Injil Liem Thian Ik ditahbiskan sebagai pendeta pada tanggal 9 Maret 1950 dan kemudian digantikan oleh Pdt. Liem ik Tjiang (Irawan T. Salim), yang sebelumnya melayani THKTKH Temanggung dan diteguhkan pada tanggal 9 Maret 1952.

Berkaitan dengan nama gereja, sekali lagi gereja berganti nama menjadi ‘Gereja kristen Indonesia’, sesuai penetapan Persidangan Sinode VI Gereja-Gereja Kristen Tionghoa di Purwokerto. Selanjutnya, jemaat bersyukur kepada Tuhan, bahwa pada tanggal 10 juni 1957, jemaat Blora berhasil meresmikan gedung gerejanya di Jl. Dr. Sutomo 18 A, yang tetap digunakan hingga hari ini. Menyusul kemudian, dibentuk Yayasan Sion yang mengelola sekolah TK dan SD Masehi Sion.

Kepergian Pdt. Liem Ik Tjiang ke GKI Kwitang Jakarta pada bulan Juni 1959 dan guru Injil Thung Tjoe Kwan yang pindah ke GKI Purwodadi membuat jemaat mengalami kekosongan pengerja. Syukurlah, bahwa guru Injil Tan Tjioe Gwan (Paulus Widihandojo), yang semula melayani jemaat GKI Purwokerto Cabang Gombong, memenuhi panggilan jemaat Blora. Beliau ditahbiskan sebagai pendeta pada bulan Agustus 1959. Selama pelayanan Pdt. Tan Tjioe Gwan, pada tahun 1961 dibangunlah sebuah pastori serta gedung TK dan SD Masehi Sion. Sesudah itu, Pdt. Tan Tjioe Gwan menerima panggilan GKI Salatiga pada bulan Juni 1966. Penggantinya Pdt. Djie Poen Hian (Jahja Dwidjo Soetopo), yang semula melayani GKI Kutoarjo, diteguhkan sebagai pendeta jemaat Blora pada bulan September 1966. Selama masa pelayanannya, pembangunan gedung sekolah dilanjutkan (1970, 1975), juga dibangun menara salib untuk lonceng gereja (1978).

Tuhan senantiasa menyertai jemaat-nya. Hal ini nyata, karena menjelang emeritasi Pdt. Djie Poen Hian pada bulan Maret 1982, Tuhan menghadirkan Sdr. Hengky Christian pada bulan Februari 1982, yang kemudian ditahbiskan sebagai pendeta pada tanggal 6 September 1983. Kendati terjadi perpecahan dan perpindahan sejumlah anggota jemaat, jemaat tetap tegar untuk menghadapinya. Jemaat berhasil merenovasi gedung sekolah Masehi Sion, juga merenovasi gedung gereja pada tahun 1989-1991. Untuk melengkapi jemaat dalam pelayanan berikutnya, dipanggillah Sdr. Chiko Kwit Lim pada awal Maret 1994 dan ditahbiskan sebagai pendeta pada tanggal 19 Maret 1997.

Pendewasaan
23 Februari 1937
Jadwal ibadah
Umum08.30; 16.30
Remaja07.00
Pemuda18.00

 

Kontak
Statistik Anggota Jemaat
SidiBaptisan
PriaWanitaPriaWanita
Total anggota jemaat 0
Pendeta Jemaat
  • Pdt. Vania Natasha
Bakal jemaat
    -
Pos
    -