GKI Klasis Semarang Timur
GKI Juwana
Sejarah singkat
Dari berbagai macam sumber yang bisa dipercaya, usaha Pekabaran Injil, khususnya untuk kalangan masyarakat Tionghoa, telah dilakukan oleh Zending Salatiga, yang sesungguhnya telah dilakukan hampir bersamaan dengan masa kemerdekaan Indonesia. Usaha untuk dapat mewujudkan Tiong Hoa Kie Tok Kauw Hwee di Juwana memang tidak semudah usaha Pekabaran Injil kepada kalangan masyarakat Tionghoa di tempat lain. Berbagai macam usaha dilakukan oleh Zending Salatiga, bahkan dengan ditempatkannya seorang tenaga khusus untuk melayani Juwana. Dengan ditempatkannya tenaga khusus tersebut, diharapkan Juwana dapat menjangkau perkembangan kekristenan dari Zending Salatiga ke aarah Barat yaitu, Pati dan Kudus, sedangkan jangkauan ke arah Timur meliputi wilayah Rembang dan Lasem. Tenaga yang ditempatkan Tiong Hoa Kie Tok Kauw Hwee Salatiga adalah Tuan Tosu Liem Thiam Ling.
Juwana sendiri merupakan salah satu gerbang masuk bagi kalangan Tionghoa dari Tiongkok daratan, sehingga telah ratusan tahun terbentuk perkampungan Tionghoa. Juwana yang memiliki latar belakang masuknya secara langsung para perantau dari daratan Tiongkok menjadikan kota kecil di pesisir utara pulau Jawa ini kental dengan budaya yang mereka bawa. Kehidupan masyarakat Tionghoa yang telah akrab dan erat dengan penduduk setempat juga telah terwujud. Kawasan pecinan tidak hanya terbentuk di daerah kota (China Town), tetapi ada juga pemukiman pecinan pedesaan (China Village), seperti di Demakan dan Tluwah atau yang biasa dikenal dengan sebutan Jepura. Jerih lelah Pekabaran Injil Zending Salatiga memang tidak sia-sia, walaupun harus melalui berbagai kesulitan, yaitu dengan adanya keluarga dan bebrapa orang lainnya yang bersedia menerima kekristenan. Salah satu keluarga yang menyediakan diri untuk menerima kekristenan adalah keluarga Tan Sing Liem, yang bertempat tinggal di Jl. Silugonggo 37 Juwana. Bpk. Tan Sing Liem sendiri adalah seorang guru yang pada masa itu menjadi guru bagi sekolah dengan murid-murid dari kalangan masyarakat Tionghoa. Kesediaan keluarga Tan Sing Liem untuk mendalami kekristenan juga disertai dengan kesediaan keluarga tersebut menyediakan tempat bagi persekutuan dan kegiatan gerejawi lainnya. Melalui keluarga Tan Sing Liem itu pula rupanya Tuhan memakai mereka untuk mengajak beberapa teman dan tetangga mengenal dan belajar kekristenan.
Usaha dan kerja keras yang dilakukan ini memang tidak sia-sia. Melalui perjalanan yang panjang, usaha kekristenan yang disebarkan dan diupayakan itu ternyata membawa hasil, yaitu dengan adanya beberapa orang yang bersedia mengikuti katekisasi dan akhirnya menerima sakramen Baptis Kudus. Baptisan pertama dilakukan pada tanggal 25 November 1951 yang dilayani oleh Ds. Tan Ik hay dari Tiong Hoe Kie tok Kauw Salatiga. Sakramen Baptis Kudus itu dilakukan dalam Kebaktian Minggu yang bertempat di rumah keluarga tan Sing Liem, Jl. Silugonggo 37 Juwana.
Menurut informasi, penerima sakramen Baptis Kudus, baik Baptis Kudus dewasa maupun Baptis Kudus anak berjumlah lima belas orang, yang terdiri dari seluruh keluarga Tan Sing Liem dan beberapa tetangga. Dari data tertulis yang ada, penerima sakramen Baptis Kudus di antaranya adalah Bpk. Tan Sing Liem, Ibu Oen Kiem Nio (Ny. Tan Sing Liem), Tan Bian Kwan, Tan Bian Hien, Tan Bok Lan, Tan Bok Leen (anak-anak keluarga Tan Sing Liem), Tan Kwie Lian Nio, Ibu Oen Rame Nio dan Lie Hien Tan (Anak Oen Rame Nio).
Tenaga penuh waktu untuk memimpin dan membina kehidupan kerohanian bagi anggota jemaat yang baru memang sangat diperlukan. Selain dilayani oleh Ds. Tan Ik Hay sebagai Pendeta Jemaat Tiong Hoa Kie Tok Kauw Hwee Salatiga, Zending Salatiga juga menmpatkan tenaga khusus yang ditempatkan di Juwana. Penempatan tenaga khusus ini dengan harapan agar ada pertumbuhan dan perkembangan anggota jemaat. Tuan Tosu Liem Thiam Ling adalah tenaga khusus pertama yang melayani di Juwana. Beliau melayani di Juwana untuk beberapa tahun, kemudian beliau pindah pelayanan di Jemaat Tiong Hoa Kie Tok kauw Hwee Purwodadi Grobogan.
Tenaga kedua yang ditempatkan untuk menggantikan Tuan Tosu Liem Thiam Ling adalah tuan Tosu Kho Un Liang. Selain melayani di Juwana, beliau juga melayani di Lasem dan Rembang. Meskipun demikian usaha penempatan tenaga khusus itupun tidak terlalu banyak membawa hasil bagi perkembangan dan pertumbuhan anggota, baik di Juwana sendiri maupun di Rembang dan Lasem. Tidak diketahui secara pasti berapa lama Tuan Tosu Kho Un Liang ini melayani di Juwana, Lasem dan Rembang karena beliau kemudian pindah ke Metro Lampung.
Dibandingkan dengan dua tempat yang lain, yaitu Lasem dan Rembang, ternyata Juwana memang dianggap paling susah dalam perkembangan dan pertumbuhan anggota jemaatnya. Seiring dengan diambilalihnya pelayanan Zending Salatiga oleh GKI Karangsaru Semarang, maka tenaga khusus tidak lagi ditempatkan Juwana, melainkan ditempatkan di Lasem maupun Rembang. Tuan Tosu Tan Poo Jwan (Paulus Tanuwijaya) adalah orang yang ditempatkan di Lasem untuk melayani Rembang, lasem dan Juwana. Dalam waktu yang tidak lama juga ditempatkan Tuan Tosu Lauw Bian Hoo (A.L.Bhintarto) untuk melayani Rembang. Setelah menempuh peremtoar, kedua Tosu tersebut akhirnya ditahbiskan menjadi pendeta.
Juwana, Rembang dan Lasem yang keberadaannya di bawah asuhan GKI Karangsaru Semarang, akhirnya harus menjadi jemaat yang mandiri. Kesiapan Rembang dan Lasem untuk menjadi jemaat dewasa pada tahun 1972, ternyata menjadikan Juwana sendiri belum dapat mewujudkan kemandiriannya. Juwana harus memilih untuk menginduk kepada Lasem atau Rembang. Secara geografis, Juwana memang lebih dekat dengan Rembang yang berjarak 24 kilometer, namun entah mengapa Juwana ternyata lebih memilih Lasem yang berjarak 36 kilometer sebagai induknya. Walaupun secara administratif anggota jemaat berada di bawah pembinaan GKI Lasem, namun Pdt. A.L. Bhintarto yang melayani di GKI Rembang juga senantiasa ikut membantu pelayanan di Juwana.
Kemudian Pdt. A.L. Bhintarto yang melayani di GKI Rembang ternyata mendapat panggilan dari GKI Pekalongan, sedangkan Pdt. Paulus Tanuwijaya juga mendapat panggilan untuk melayani Gereja Gereformeerd Semarang. GKI Lasem yang membawahi Cabang Juwana berada dalam kekosongan pengerja. Tidak berapa lama, GKI Lasem mendapatkan pengerja dalam diri Calon Pendeta Iwan Kristianto Kosasih, sedangkan GKI Rembang dilayani oleh Calon Pendeta Daniel Haryono. Pada kedua Calon Pendeta tersebut anggota jemaat di Juwana memiliki hubungan yang dekat, walaupun tenaga khusus yang melayani Lasem maupun Juwana adalah Calon Pendeta Iwan kristianto Kosasih.
Kedua orang pengerja itu pun akhirnya mengalami mutasi ke jemaat lain. Calon Pendeta Daniel Haryono menerima panggilan pelayanan di GKI Wonosobo, sedangkan Calon Pendeta Iwan Kristianto Kosasih untuk selanjutnya melayani di GKI Klaten. Seiring dengan kekoongan pengerja di GKI Lasem, maka di Juwana juga mengalami kekosongan seperti yang dialami oleh induknya. Berikutnya, GKI Lasem memanggil seorang tenaga yang sebelumnya telah melayani di GKI Purworejo. Tenaga pelayan tersebut adalah Bpk. Apelles Prajitno. Setelah beliau menjalani masa pelayanan beberapa tahun dan menempuh ujian peremtoar, akhirnya beliau ditahbiskan ke dalam jabatan pendeta untuk GKI Lasem, yang berarti beliau juga melayani Bakal Jemaat Juwana.
Pada saat GKI Lasem memberikan dorongan dan kesempatan kepada Bakal Jemaat Juwana untuk mendapatkan tenaga pelayan, Panitia Bakal Jemaat juga menggumulkan dengan sungguh-sungguh dan mempersiapkan tenaga yang melayani secara khusus di Juwana. Salah satu upaya yang dilakukan adalah meminta Sdr. Gunadi Kelik Herlianto (mahasiswa Fakultas Theologia Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga) untuk membantu pelayanan di Bjem Juwana sekitar tahun 1991. Beliau belum dipanggil menjadi Calon Pendeta secara resmi oleh Majelis Jemaat GKI Lasem, karena salah satu syarat pemanggilan Calon Pendeta dalam Tata Laksana GKI Jateng belum terpenuhi, yaitu harus lulus dari salah satu Sekolah Theologia yang didukung oleh GKI Jateng. Harapan untuk memperoleh Calon Pendeta atas diri Sdr. Gunadi Kelik Herlianto akhirnya tidak terwujud, karena apa yang diharapkan Majelis Jemaat GKI Lasem tidak terpenuhi dalam diri yang bersangkutan. Sdr. Gunadi Kelik Herlianto sendiri setelah menyelesaikan studi S-1 akhirnya melayani di jemaat lain.
Akhirnya, pada tahun 1992 dimulailah masa pelayanan atas diri Troy Alhambra, S.Th (alumnus Fakultas Theoligia Universitas Kristen Duta Wacana Yogyakarta). Majelis Jemaat berharap banyak kepadanya agar beliau dapat berhasil menjadi Pendeta GKI Jateng, dengan basis pelayanan di GKI Lasem untuk tugas pelayanan khusus di Bjem Juwana. Capen Troy Alhambra, S.Th melewati masa perkenalan, namun sebelum berakhir masa orientasinya, beliau mengundurkan diri dan mengakhiri masa pelayanannya bulan Juni 1994. Pengalaman tersebut membuat Panitia Bajem Juwana dan majelis Jemaat GKI Lasem berpikir dan bertindak secara serius agar GKI Lasem dapat memperoleh pendeta kedua untuk melayani secara khusus di Bajem Juwana.
Melalui dua orang anggota BPMK GKI Jateng Klasis Semarang masa pelayanan 1994-1997 dalam diri Tt. Daniel Budiyono dan Tt. Jerdi stevan, ditawarkanlah dua orang lulusan Fakultas Theologia Universitas Duta Wacana Yogyakarta tahun 1994, yaitu Sdr. Yudha Damar dan Sdr. Slamet Riyadi Siswaantara, hal tersebut dilakukan sebelum BPMS mewartakan lulusan theologia terbaru kepada jemaat-jemaat. Dua nama tersebut dihubungi oleh Majelis Jemaat GKI Lasem untuk melayani Persekutuan Remaja GKI Lasem, kebaktian pagi dan sore di GKI Lasem dan kebaktian di Bajem Juwana pada pukul 09.00 WIB. Ternyata, antara keduanya yang dapat memenuhi permintaan Majelis Jemaat GKI Lasem adalah Sdr. Slamet Riyadi Siswaantara. Dari permintaan beberapa kali pelayanan kotbah di GKI Lasem dan secara khusus di Bajem Juwana, rupanya Majelis Jemaat GKI Lasem mulai bersungguh-sungguh memanggil Sdr. Slamet Riyadi Siswaantara. Yang bersangkutan mulai tinggal di Juwana pada tanggal 4 Desember 1994. Setelah membantu pelayanan di bajem Juwana, majelis Jemaat GKI Lasem memanggilnya untuk memasuki tahap perkenalan terhitung mulai 1 Januari 1995-31 Maret 1995. Masa orientasi dilalui oleh Capen Slamet Riyadi Siswaantara, mulai 1 April 1995, hingga akhirnya dipanggil menjadi pendeta dengan melalui proses peremtoar. Ia adalah Calon Pendeta terakhir yang menjalani ujian peremtoar dalam lingkungan GKI Jateng Klasis Semarang, sebelum GKI jateng Klasis Semarang dimekarkan menjadi Klasis Semarang Barat dan Klasis Semarang Timur. Kebaktian Pentahbisan Pendeta Capen Slamet Riyadi Siswaantara dilaksanakan oleh Majelis Jemaat GKI Lasem pada tanggal 4 November 1997, bertempat di GKI Lasem Bajem Juwana.
Berkaitan dengan tempat ibadah sebelum terbentuk GKI Juwana, maka tempat ibadah yang digunakan untuk kebaktian dan kegiatan gerejawi adalah rumah keluarga Tan Sing Liem. Sejak awal usaha Pekabaran Injil oleh Zending Salatiga hingga mempunyai kegiatan dalam bentuk persekutuan, kebaktian, katekisasi dan kegiatan gerejawi lainnya, jemaat menggunakan rumah keluarga Tan Sing Liem di Jl. Silugonggo 37 Juwana.
Usaha untuk memperoleh tempat ibadah sendiri, yang terpisah dari rumah keluarga, juga dipikirkan oleh anggota jemaat di Juwana. Berbagai upaya ditempuh untuk dapat memperoleh tempat tersebut. Pergumulan yang disertai dengan doa dan usaha, ternyata membuahkan hasil hingga akhirnya sebuah tempat dapat disewa untuk kegiatan gerejawi. Tempat yang diharapkan itu memang tidak jauh dan terletak beberapa puluh meter dari rumah keluarga Tan Sing Liem, tepatnya di sebelah selatan pabrik rokok Tapel Kuda.
Tuhan begitu baik dengan memberikan tempat bagi anggota jemaat di Juwana untuk beribadah dalam rumah kayu. Rumah tersebut adalah rumah sewa dari salah seorang pemilik tanah. Selama hampir dua puluh lima tahun, rumah kayu di Jl. Slugonggo tersebut dipakai untuk kegiatan gerejawi. Usaha untuk membeli tanah dan bangunan yang disewa itu tidak berhasil, karena pemilik tanah dan bangunan menjual kepada pihak lain yang dianggap lebih menguntungkan karena uang yang diterima bisa lebih cepat. Hal itu membuat anggota jemaat harus berpikir dan berusaha untukl memperoleh tempat yang secara khusus diperuntukkan bagi bangunan gedung gereja. Dengan segala keyakinan bahwa Tuhan akan menolong, maka anggota jemaat memulai menggalang dana bagi keperluan pembelian tanah. Sebuah tanah bekas Sekolah Taman Siswa di Jl. Sunan Ngerang 50 telah dibeli sebagian oleh Bpk. Thomas Hartanto pemilik Toko Sepakat. Sebagian tanh itu, sekitar 40% dari sisa tanah yang terjual, masih belum ada yang membeli. Oleh karena itu, hal tersebut merupakan kesempatan bagi GKI Lasem untuk membelinya.
Pergumulan dan doa akhirnya menjadi kenyataan. Tanah seluas kurang lebih 600 meter persegi dapat terbeli. Meskipun begitu mungkinkah dengan tanah seluas itu dapat dibangun sebuah gedung gereja, ruang Sekolah Minggu dan Pastori sebagai tempat tinggal pendeta? Dengan keyakinan iman, usaha keras dan bantuan dari berbagai pihak, maka terselesaikanlah bangunan gedung gereja GKI Lasem di Juwana. Tanggal 18 Desember 1987, pukul 11.00 WIB diadakan Kebaktian Peresmian Gedung Gereja. Mulai hari itu dimulailah sejarah baru bagi Bakal Jemaat Juwana untuk menempati bangunan baru.
Empat puluh tujuh tahun setelah benih kekristenan di kalangan Tiong Hoa Kie Tok Kauw Hwee ditanamkan, dan setelah melalui proses yang begitu panjang, akhirnya GKI Lasem mendewasakan Bakal jemaatnya menjadi jemaat dewasa pada tanggal 6 Agustus 1998 pukul 17.00 WIB. Majelis Jemaat GKI Lasem melaksanakan kebaktian khusus dalam rangka Pendewasaan GKI Lasem Bakal Jemaat Juwana menjadi Gereja Kristen Indonesia Juwana. Kebaktian Pendewasaan ini dilayani oleh Pdt. Apelles Prajitno, S.th. dalam kebaktian tersebut juga diteguhkan 5 orang anggota sidi dalam jabatan Tua-tua. Mereka yang diteguhkan adalah Bpk. Heru suwarto Gunawan, Ibu Triyanti Oesodo, Bpk. Hermas Darpo, Bpk. Peter Sawiri dan Ibu Ina Maris. Sementara itu, Pdt. Slamet Riyadi Siswaantara, S.Th. ditetapkan menjadi Pendeta Jemaat GKI Juwana.
Pendewasaan
6 Agustus 1998Jadwal ibadah
Umum | 07.00 |
Anak | 09.00 |
Persekutuan Usia Lanjut | 09.00 (Minggu I & III) |
Persekutuan Dewasa | 18.00 (Rabu I & III) |
Persekutuan Doa Rumah Tangga | 18.00 (Rabu IV) |
Pemahaman Alkitab | 18.00 (Jumat II & IV) |
Doa Pagi | 04.30 (Jumat) |
Persekutuan Remaja Pemuda | 18.00 (Sabtu) |
Statistik Anggota Jemaat
Sidi | Baptisan | ||
---|---|---|---|
Pria | Wanita | Pria | Wanita |
50 | 52 | 18 | 17 |
Total anggota jemaat | 137 |
Pendeta Jemaat
- Pdt. Robinson J.H Siahaan
Bakal jemaat
- -
Pos
- -