GKI Klasis Semarang Timur
GKI Purwodadi - Grobogan
Sejarah singkat
Jemaat Kristen di Purwodadi Grobogan sulit untuk dapat melacak sejarahnya pada masa lalu, seperti kapan dimulainya PI di sana. Hanya saja diketahui, bahwa wilayah itu adalah wilayah Salatiga Zending. Sedikit informasi yang diperoleh dari Pdt. Liem Siok Hie, bahwa pendeta pertama yang melayani jemaat di sana adalah Pdt. Gerikhe, yang kemudian pindah ke desa Tingkir Salatiga pada tahun 1906. Berikutnya secara berturut-turut, beliau diganti oleh Pdt. F. Fischer dan Pdt. A. Flick yang dibantu oleh Nona Fuscell.
Sebenarnya, di Purwodadi ada Pinkster Gemeente yang dipimpin oleh seorang Ambon yang bernama Ogi dan memakai rumah Ny. Kie Soeboer Nio. Kebaktian gereja tersebut dikunjungi oleh banyak orang Tionghoa. Akan tetapi pada tahun 1936-1937 terjadi perpecahan sehingga banyak pengunjung yang pindah ke rumah Jl. Lusi 10, bahkan Ny. Kie Soeboer Nio sendiri juga ikut pindah ke kebaktian GKJ yang dilayani oleh para pendeta dari Salatiga Zending.
Kemudian, pada tanggal 8 Juli 1940 terbentuk oleh THKTKH yang menginduk kepada THKTKH Semarang dan dilayani oleh guru Injil Tjoa Tjin Touw selama 6 bulan. Baru pada tahun 1941 guru Injil Yap Tjoei San melayani jemaat ini dan membentuk Perkumpulan Pemuda Gereja THKTKH Purwodadi pada tahun 1945. Sayang guru Injil Yap Tjoei San pindah ke Mojokerto pada tahun 1946 dan baru kembali melayani pada tahun 1948. Pada waktu itu, kebaktiannya pun kembali memakai rumah Ny. Kie Soeboer nio. Karena hubungan Purwodadi-Semarang terputus akibat perang, maka THKTKH Purwodadi dilayani oleh GKJ Purwodadi.
Berikutnya, pada tahun 1949, guru Injil Lie Ping Siang menggantikan guru Injil Yap Tjoei San. Pada tahun 1950, tempat kebaktiannya dipindahkan ke rumah Sdr. Oei Tiong Liat dan dihadiri oleh sekitar 15 orang, serta dipimpin oleh guru Injil Ny. Fischer dan dibantu oleh Nona kusta. Ada juga anggota jemaat yang sering membantu pelayanan Firman, yakni Sdr. Kho Kiem Yong. Panitia gereja pada waktu itu terdiri dari : Sdr. Soei Kwan Lok, Sdr. Liem Koen Tjiang, Sdr. Kwee Thiam Hien, Ny. Oei Sian Bien, Sdr. Liem Biauw An, Sdr. Liem Biauw Tjoen.
Kemudian, secara resmi THKTKH Purwodadi memanggil Sdr. Djie Poen Hian (Jahja Dwidjo Soetopo) pada tanggal 23 Maret 1950 sebagai guru Injil. Pada masa itu, tempat kebaktian dipindahkan lagi ke rumah Sdr. Ong Khay Hoen, Jl. Kauman Utara. Karena kepindahan guru Injil Djie Poen Hian ke Wonosobo setelah 3 tahun melayani, maka jemaat memanggil Guru Injil Liem Thiam Ling untuk menggantikannya. Sayang guru Injil Liem Thiam Ling juga melayani hanya sampai tahun 1959 karena menerima panggilan untuk melayani GKI Salatiga cabang Ambarawa. Sejak tanggal 1 Desember 1959, beliau digantikan oleh guru Injil Thung Tjoe Kwan (Albertus Widyadharma).
Pada Februari 1963, jemaat GKI Purwodadi tidak lagi berinduk ke GKI Karangsaru Semarang, melainkan berpindah ke GKI Blora. Berkaitan dengan usia jemaat yang cukup, maka diproseslah menuju ke pendewasaan dengan nama ‘GKI Purwodadi Grobogan’. Hal ini terlaksana pada tanggal 30 Juni 1970, yang disusul dengan penahbisan guru Injil A. Widyadharma sebagai pendeta jemaat pada tanggal 4 Oktober 1972.
Sehubungan dengan tempat kebaktian yang makin lapuk, maka dibentuklah Panitia Pembangunan dengan tugas merenovasi gedung gereja, yang berhasil mewujudkannya pada tanggal 6 Oktober 1976. Sementara itu, untuk menambah tenaga pengerja, sebelum Pdt. A. Widyadharma pensiun pada tanggal 31 Juli 1987, berturut-turut dipanggil Sdr. Andreas Winoto yang melayani jemaat selama setahun, dan Pdt. Herodion Pitrakarya Gunawan dari Gereja Kristen Muria Indonesia (GKMI) Jepara, yang diteguhkan sebagai pendeta jemaat pada tanggal 1 Juli 1986 dan melayani hingga 1 Mei 1995, karena menerima panggilan Gereja Kristen Abdiel Gracia Surabaya. Kemudian dipanggil untuk memasuki masa perkenalan, Sdr. Toni Sutono, namun mengundurkan diri sebelum masa perkenalannya selesai (kini menjadi pendeta di Gereja Injili Indonesia- Hok Im Tong, Garut).
Sejak Pdt. A. Widyadharma pensiun dan Pdt. Herodion meninggalkan jemaat GKI Purwodadi, praktis belum ada pendeta lagi di sana. Pelayanan sakramen dilakukan oleh pendeta konsulen, yaitu Pdt. Budi Cahyono dari GKI Gondomono Semarang. Untuk memenuhi kebutuhan perkembangan pelayanan, maka gedung gereja direnovasi lagi oleh P2P-GKI (Panitia Pengembangan dan Pembangunan GKI) menjadi dua lantai sejak tanggal 4 September 1996. Pada tanggal 14 Desember 1998 diadakan kebaktian Syukur, sekaligus meresmikan penggunaan gedung gereja baru di Jl. Jendral Sudirman 14, Purwodaadi Grobogan 58111.
Jemaat GKI Purwodadi pada tanggal 15 April 1979 menerima Pos PI Toroh yang semula dilayani oleh GKI Karangsaru Semarang. Terbentuknya Bajem Toroh ini bermula ketika diadakan persekutuan di Keluarga Bpk. Tjipto Juhono yang dilayani oleh Ibu Siani, ibu Mariyam dan Bpk. Totok. Setelah dimasukkan dalam pelayanan Komisi PI GKI Purwodadi, sejak tanggal 22 Mei 1979 dilakukanlah persekutuan pada setiap hari Sabtu. Jumlah mereka makin berkembang meliputi 10 keluarga. Sekolah Minggu yang diadakan di sana dihadiri rata-rata oleh 25 orang anak. Selain itu, diadakan kumpulan rumah tangga pada setiap hari Rabu, bergilir di rumah anggota-anggota jemaat.
Dengan perkembangan tersebut, maka dibangunlah sebuah gedung gereja seharga Rp. 5.285.275,- yang melibatkan peran serta banyak pihak, seperti sebidang tanah dari Bpk. Tjipto Juhono, dana pembangunan dari Klasis Semarang, kas Pos PI Toroh dan Bpk. Elia Pribadi sebagai pelaksana pembangunan. Peresmian dilakukan oleh Bpk. Januar Tirtaamidjaja dan Bpk. Suwardjo selaku camat Toroh. Menyusul kemudian, di bidang pendidikan, dibentuk Yayasan Sekolah Kristen Purwodadi Grobogan yang terdiri dari Bpk. Elia Pribadi (Ketua 1), Bpk. Samuel Purwatarahrrdja (Ketua2), Ny. Netty Ali Santosa (Sekretaris), serta anggota : Bpk. C. Sumarno, Bpk. N. Ch. Handaka, Bpk. Hariyadi dan Bpk. Tjipto Juhono. Kini mereka memiliki SMP Kristen ‘Putra Wacana’, dengan Ibu. Esther Ngadiyem sebagai guru Pendidikan Agama Kristen (PAK), yang merangkap sebagai tenaga paruh waktu Bajem Toroh. Untuk mengembangkannya dibentuklah Panitia Bajem Toroh, dengan susunan : Bpk. Haryono (Ketua), ibu Ester Ngadiyem (Sekretaris), Bpk. Purjiono (Bendahara), serta anggota : Bpk. Tjipto Juhono dan Bpk. Ngaspin Supartono.
Berikutnya, jemaat GKI Purwodadi juga mempunyai Pos PI di Gundih, yang diawali pada tahun 1980 ketika diadakan persekutuan rumah tangga di rumah Bpk. J.F. Anggen dan dihadiri oleh para anggota dari pelbagai gereja. Perkembangan yang baik memungkinkan dilayaninya baptisan atas diri seorang dewasa dan 3 orang anak oleh Pdt. A. Widyadharma pada tanggal 12 Juni 1982, yang bertempat di rumah Bpk. Elia Pribadi. Karena adanya permohonan, maka dibentuklah kelompok katekisasi yang diikuti oleh 20 orang dan dilayani oleh Ibu Ester Ngadiyem yang bertempat di rumah Bpk. Suroto di desa Monggot. Selanjutnya, dibentuk Panitia Pos PI, yang terdiri dari Bpk. J.F. Anggen (Ketua), Ny. Lukas Sunarjo (Sekretaris) dan Ny. Elia Pribadi (Bendahara). Perkembangan selanjutnya amat menggembirakan, karena pengunjung kebaktian makin banyak, sehingga perlu mencari rumah untuk tempat kebaktian resmi. Kerinduan ini tercapai, ketika pada tahun 1988 berhasil dibeli sebuah rumah di depan Kantor Perhutani Gundih dan dipergunakan untuk tempat kebaktian serta kegiatan lain.
Sementara itu, Pos PI di Gubug bermula ketika ada bebrapa keluarga yang mengikuti kebaktian di GKJ Gubug. Namun demikian, karena kendala bahasa jawa, maka kelompok orang Kristen itu mengajukan permohonan ke GKI Beringin Semarang. Oleh GKI Beringin dianjurkan, agar meminta pelayanan GKI Purwodadi lewat Ibu Susana Hadiminardjo, dengan alasan jarak yang lebih dekat. GKI Purwodadi memenuhi permohonan tersebut dengan persekutuan rumah tangga tanggal 4 September 1988, yang dilayani oleh Pdt. Herodion. Tiga bulan kemudian diubah menjadi kebaktian Minggu, dengan meminjam tempat di rumah keluarga Bpk. Rudy Gunawan, Jl. Bhayangkara 27, Gubug. Akan tetapi, sayang perkembangannya tidak terlalu baik, karena ada anggota yang pindah dan meninggal dunia, sehingga tinggal 5 orang saja. Karena itu, sejak Juli 1997 cukup diadakan persekutuan rumah tangga dan pemahaman Alkitab saja pada Minggu II dan IV.
Selanjutnya, Pos PI di Wirosari juga dimulai dengan persekutuan rumah tangga pada tahun 1985, yang dipimpin oleh GKJ dan GKI Purwodadi secara bergantian. Sesudah 3 orang kepala keluarga, yakni Bpk. Sukarno, Bpk. Bambang Wiyanto dan Bpk. Slamet Liem Hwie Tjiang, yang tinggal di Wirosari berkebaktian di GKI Purwodadi pada tahun 1994 dan meminta agar dilayani kebaktian di Wirosari, maka pelayanan itu kemudian dipegang oleh GKI Purwodadi. Lalu dimulailah kebaktian di rumah kecil di desa Bandang, Kunden, berukuran 24 m2. Sayang sekali, kelangsungan kebaktian yang baru terlaksana dua kali itu terhambat, karena keberatan masyarakat. Baru pada tanggal 7 oktober 1995, setelah dirundingkan dengan aparat pemerintah, baik di desa dan kecamatan Wirosari sendiri, maupun kebupaten Purwodadi, maka diadakanlah lagi kebaktian di rumah Bpk. Sukarno, dari desa Setolan dan sekali waktu di rumah Bpk. Bambang Wiyanto di desa Bandang, Kunden.
Pendewasaan
30 Juni 1970Jadwal ibadah
Umum | 06.30; 09.00 |
Anak | 08.00 |
Muda | 17.30 (Sabtu) |
Statistik Anggota Jemaat
Sidi | Baptisan | ||
---|---|---|---|
Pria | Wanita | Pria | Wanita |
Total anggota jemaat | 0 |
Pendeta Jemaat
- Pdt. Rita Dwi Lestari
Bakal jemaat
Pos
- -