GKI Klasis Semarang Barat
GKI Gereformeerd Semarang
Sejarah singkat
Nama `gereformeerd' pada Gereja Gereformeerd Kalisari Semarang masih dipertahankan, sehubungan dengan konsekuensi hukum dan sejarahnya. Memang, jemaat ini merupakan jemaat yang berasal sejak zaman Hindia Belanda dahulu. Tepatnya berdiri pada tanggal 27 Oktober 1918, namun baru diakui berbadan hukum oleh pemerintah Hindia Belanda pada tanggal 18 Maret 1928. Ketika didewasakan, hanya terdiri dari dua orang penatua dan seorang diaken yakni jumlah minimal yang disyaratkan pada zaman itu. Kebaktiannya diadakan di Jl. Sidodadi Timur 23 (dahulu School met de Bijbel) sampai tahun 1929. Pembangunan gedung gereja Jl. dr Sutomo 24 dimulai dengan peletakan batu pertama pada tanggal 31 Oktober 1928 dan selesai pada medio 1929. Sesudah itu, kebaktiannya pun pindah ke sana hingga masa kini.
Dalam perkembangannya, jemaat muda ini mengalami kesukaran, sampai-sampai dalam persidangan klasis di Solo pada tahun 1921 tercatat, bahwa jemaat ini meskipun dikatakan mempunyai banyak anggotanya, namun pernah hanya memiliki seorang penatua saja. Baru kemudian setelah 8 tahun bertambah beberapa penatua dan jemaat bekerja keras untuk memanggil seorang pendeta, yang terlaksana pada tanggal 11 April 1926, ketika Pdt. Sillevis Smit diteguhkan sebagai gembala yang pertama. Salah satu kisahnya dikatakan, bahwa Pdt. Sillevis Smit `bertobat' dari mengarang sambil merokok, akibat teguran Pdt. Dr John Sung lewat khotbah-khotbah dalam KKR-KKR yang dilayaninya di pulau Jawa. Beliau bekerja selama 15 tahun hingga medio 1941 dan berkat keramahannya bergaul dengan berbagai lapisan anggota masyarakat, juga karena khotbah-khotbahnya yang menarik, maka jumlah anggota jemaat telah bertambah menjadi 279 orang dan anak-anak 271 orang. Mereka adalah orang-orang Kristen bangsa Belanda, suku-suku Ambon, Jawa, Manado dan Tionghoa. Sayang Pdt. Sillevis Smit harus memenuhi panggilan sebagai pendeta angkatan laut Belanda di London berkaitan dengan Perang Dunia II.
Penggantinya Pdt. de Jong yang semula menjadi pendeta Gereja Gereformeerd Pematang Siantar. Beliau berhasil mempelajarai bahasa Melayu dan berkhotbah dalam bahasa itu. Kedatangan bala tentara Jepang telah membuat Pdt. de Jong sekeluarga dimasukkan ke dalam kamp pengasingan pada tahun 1943. Untuk mengisi kekosongan gembala, Sdr. Liem Hap Ping menggantikannya, terkecuali dalam pelayanan sakramen yang meminta bantuan Pdt. I.N. Siswawasana dari GKJ Magelang sebagai konsulennya. Baru setelah perang selesai, Pdt. van Eijk yang semula melayani jemaat di Solo dan akan kembali ke sana, namun karena keadaan tidak memungkinkan, terhambat di Semarang, sehingga beliau dapat memenuhi panggilan jemaat. Beliau melayani jemaat sejak tahun 1946 hingga tahun 1950, karena beliau pada akhirnya kembali ke Negeri Belanda.
Sementara itu, Pdt. J.M. Vlijm pada tahun 1950 telah hadir di tengah jemaat sebagai pendeta utusan yang sekaligus diminta untuk menjadi pendeta konsulen, disusul oleh Pdt. van de Linden, juga pendeta utusan. Berikutnya, Pdt. Liem Tjiauw Liep dari GKI Karangsaru dan Pdt. Roosjen yang juga pendeta utusan, diminta menjadi konsulen. Menjadi pertanyaan, mengapa jemaat tidak segera mencari pendeta sendiri, tetapi selalu dilayani oleh pendeta utusan yang berfungsi sebagai pendeta konsulen, kecuali Pdt Liem Tjiauw Liep? Mungkin, karena dengan kehadiran pendeta utusan tersebut tanpa harus menanggung pembiayaan, sehingga bebannya dirasakan lebih ringan.
Gereja Gereformeerd menggabungkan diri dalam Sinode GKI Jawa Tengah sejak tahun 1960 dan pada tanggal 14 Juni 1961, jemaat berhasil memanggil Pdt. Tan King Hien yang semula melayani GKI Jabar, Jl. Pengampon, Cirebon. Sayang beliau dipanggil pulang ke rumah Bapa yang kekal pada awal Oktober 1965 di Bangkok, sehingga jemaat sekali lagi mengalami kekosongan pendeta. Penggantinya, Sdr. John Wibowo Budianto, lulusan STT Jakarta ditahbiskan pada tahun 1967, namun mengundurkan diri pada tahun 1969. Barulah Pdt. Paulus Tanoewidjaja (Tan Po Djwan), yang semula melayani GKI Lasem menerima panggilan jemaat Gereja Gereformeerd Kalisari pada tahun 1973 dan melayani sampai emeritasinya pada tahun 1985.
Sementara itu, jemaat memanggil Sdr. Immanuel Ong Liong Ting yang memulai masa orientasinya sejak 1 April 1993. Kemudian Pdt A.K. Jonatan, yang semula melayani GKI Wonogiri menerima panggilan jemaat pada Januari 1986 dan melayani juga sampai emeritasinya pada tanggal 18 Januari 1995, selanjutnya sampai dengan tahun 2002 jemaat ini dilayani oleh Sdr. Immanuel Ong Liong Ting.
Dengan berjalannya waktu dan pertumbuhan jemaat, maka untuk melengkapi pelayanan di GKI Gereformeerd Semarang, pada tanggal 17 Maret 2006 Bpk. Rahmat Paska Rajagukguk ditahbiskan menjadi Pendeta GKI dengan basis pelayanan di Jemaat Gereformeerd Semarang, bersamaan dengan peringatan HUT GKI Gereformeerd Semarang yang ke-78.
Pendewasaan
27 Oktober 1918Jadwal ibadah
Umum | 09.00; 17.15 |
Anak | 09.00 |
Remaja | 09.00 |
Pemuda | 18.00 (Sabtu) |
Usia Lanjut | 16.30 (Rabu) |
Statistik Anggota Jemaat
Sidi | Baptisan | ||
---|---|---|---|
Pria | Wanita | Pria | Wanita |
Total anggota jemaat | 0 |
Pendeta Jemaat
- Pdt. Rahmat Paska Radjagukguk
Bakal jemaat
- -
Pos
- -