Rut 3 : 14-4 : 6; 1 Timotius 5 : 9-16
Selamat hari Selasa.
Identitas itu perlu. Karena itu mengapa kita mempunyai Kartu Tanda Penduduk (KTP), Paspor, kartu pegawai, dan kartu yang lain. Itu menunjukkan apa dan siapa kita. Di kalangan jemaat Kristen -termasuk di tempat Timotius memimpin - janda-janda diperhatikan, dan Paulus mengingatkan supaya mereka membagi tegas kriteria itu; 1 Timotius 5:9-10 (TB) Yang didaftarkan sebagai janda, hanyalah mereka yang tidak kurang dari enam puluh tahun, yang hanya satu kali bersuami dan yang terbukti telah melakukan pekerjaan yang baik, seperti mengasuh anak, memberi tumpangan, membasuh kaki saudara-saudara seiman, menolong orang yang hidup dalam kesesakan — pendeknya mereka yang telah menggunakan segala kesempatan untuk berbuat baik.
Bagaimana yang lebih muda? Ada saran-saran Paulua kepada mereka dan kepada kaum keluarga mereka sehingga persekutuan tidak terlalu terbebani dengan banyaknya orang yang mesti ditanggung hidupnya, para janda yang lebih muda terpelihara paling tidak oleh kaum keluarganya dan para janda memahami perannya dalam masyarakat. Ini menjadi penting karena suatu identitas mestilah menjadikan kita tidak hanya memahami orang lain namun juga memahami diri kita sendiri. Seperti apakah kita dikenal oleh orang lain? Oleh orang yang terdekat dengan kita? Itulah identitas yang melekat kepada kita yang tidak sekedar tersurat dalam kartu-kartu yang memuat data kita. Boas dikenal sebagai seorang yang menyelesaikan masalah secepat mungkin, ia tidak suka menunda-nunda. Maka kata Naomi kepada Rut; Rut 3:18 (TB) Lalu kata mertuanya itu: "Duduk sajalah menanti, anakku, sampai engkau mengetahui, bagaimana kesudahan perkara itu; sebab orang itu tidak akan berhenti, sebelum diselesaikannya perkara itu pada hari ini juga."Dan Boas menyelesaikan perkara penebus tanah Elimelekh, mertua Rut yang sekaligus mendapatkan Rut di pintu gerbang kota, sebagaimana biasanya; disaksikan oleh para tua-tua.
Bagaimana kita dikenal oleh orang lain? Oleh anggota keluarga kita? Apakah mereka merasa aman dan nyaman dengan kehadiran kita, atau justru takut dan tidak berani berbuat apa-apa? Sebagai orang beriman, mari kita memperkenalkan Kristus yang sebenarnya dalam diri kita. Kristus yang seperti apa yang mau kita perkenalkan melalui kata dan laku kita?