Yeremia 29:1, 4-7; Mazmur 66:1-12; 2 Timotius 2:8-15; Lukas 17:11-19
Selamat hari Minggu Kedelapanbelas setelah Pentakosta.
Ketika makan, mengapa kita berdoa? Sebagai hal yang wajib saja? Kebiasaan saja? Jika itu yang terjadi maka doa menjelang makan atau doa apapun sebagai sebuah ritual tanpa makna. Seorang kusta, seorang Samaria ketika ia tahu di perjalanan bahwa dirinya tahir (padahal ada 9 yang lahir juga ditahirkan oleh Tuhan Yesus) datang kepada Tuhan, tersungkur dan mengucap syukur (Luk. 17:11-19). Ada berapa banyak yang dilakukan Tuhan kepada kita, seberapa kita mengucap syukur kepada-Nya?
Pemazmur mengajak umat untuk bersyukur kepada Tuhan atas pertolongan-Nya kepada Israel (Mzm. 66:1-12), dan Yeremia mengajak orang Yehuda tetap bersyukur sekalipun mereka menghadapi saat yang berat; di Babel, di mana mereka sebagai tawanan (Yer. 29:1,4-7). Paulus mengingatkan: jangan malu jika oleh karena Injil kita menderita. 2 Timotius 2:8-10 (TB) Ingatlah ini: Yesus Kristus, yang telah bangkit dari antara orang mati, yang telah dilahirkan sebagai keturunan Daud, itulah yang kuberitakan dalam Injilku. Karena pemberitaan Injil inilah aku menderita, malah dibelenggu seperti seorang penjahat, tetapi firman Allah tidak terbelenggu. Karena itu aku sabar menanggung semuanya itu bagi orang-orang pilihan Allah, supaya mereka juga mendapat keselamatan dalam Kristus Yesus dengan kemuliaan yang kekal.
Hidup bersukacita sebagai orang beriman menjadikan kita tahan uji dengan berbagai-bagai pencobaan yang kita alami dalam hidup.
Doa :
Jemaat dan anggota jemaat yang beribadah supaya tetap mendukung pelaksanaan protokol kesehatan.