GKI Sinode Wilayah Jawa Tengah

Login
Remember me

SETIA SAMPAI AKHIR

Terpublikasi Mon, 26 Mar 2018   

oleh:

Yes. 42 : 1-9; Mzm. 36 : 5-11; Ibr. 9 : 11-15; Yoh. 12 : 1-11

Selamat hari Senin.Kita telah memasuki Minggu yang menentukan; ketika Yesus masuk ke kota Yerusalem dan disambut dengan segala kemeriahan. Dan kita juga tahu inilah saat yang menentukan; Yesus menunjukkan ketaatan-Nya kepada Bapa; Dialah Hamba Tuhan yan setia sampai pada akhirnya.Ibrani 9:11-14 (TB) Tetapi Kristus telah datang sebagai Imam Besar untuk hal-hal yang baik yang akan datang: Ia telah melintasi kemah yang lebih besar dan yang lebih sempurna, yang bukan dibuat oleh tangan manusia, — artinya yang tidak termasuk ciptaan ini, — dan Ia telah masuk satu kali untuk selama-lamanya ke dalam tempat yang kudus bukan dengan membawa darah domba jantan dan darah anak lembu, tetapi dengan membawa darah-Nya sendiri. Dan dengan itu Ia telah mendapat kelepasan yang kekal. Sebab, jika darah domba jantan dan darah lembu jantan dan percikan abu lembu muda menguduskan mereka yang najis, sehingga mereka disucikan secara lahiriah, betapa lebihnya darah Kristus, yang oleh Roh yang kekal telah mempersembahkan diri-Nya sendiri kepada Allah sebagai persembahan yang tak bercacat, akan menyucikan hati nurani kita dari perbuatan-perbuatan yang sia-sia, supaya kita dapat beribadah kepada Allah yang hidup.Yesus Kristuslah yang ditetapkan Bapa dari semula untuk menjadi jakan keselamatan bagi dunia ini. Waktunya hampir genap ketika di rumah Lazarus, Maria memecahkan botol dari setengah kati minyak narwastu yang mahal harganya untuk meminyaki kaki Yesus, dan menyekanya dengan rambutnya. Itu semua dikatakan sebagai:Yohanes 12:7 (TB) Maka kata Yesus: "Biarkanlah dia melakukan hal ini mengingat hari penguburan-Ku.Yesus telah siap. Sebagai Hamba Tuhan yang mewartakan kebenaran, yang menyatakan kasih dan keselamatan kepada dunia dengan teguh Dia melangkah. Bagaimana ketika kita dalam pergumulan? Bagaimana ketika kita menghadapi godaan? Bagaimana ketika kita mengalami duka? Sakit? Kekecewaan? Apakah kita tetap seperti Yesus, yang setia karena Dia selalu memandang kepada Allah Bapa?