Kejadian 39 : 1-23; Filipi 2 : 25-30
Selamat hari Kamis.
Penyertaan Tuhan bukanlah bahasa yang asing buat kita, orang beriman, dan kita percaya hidup kita disertai oleh Tuhan. Lalu, penyertaan Tuhan seperti apa yang kita pahami? Jika Tuhan menyertai, apakah semuanya bagus, mulus dan semua yang kita harapkan?
Jika itu harapan kita, betapa kita akan (sering) merasa kecewa. Kisah Yusuf menunjukkan kepada kita. Penyertaan Tuhan ada di rumah Potifar, namun di situ ia di fitnah dan dimasukkan penjara. Dan di penjara, ternyata penyertaan Tuhan tak berkesudahan. Kejadian 39:20-23 (TB) Lalu Yusuf ditangkap oleh tuannya dan dimasukkan ke dalam penjara, tempat tahanan-tahanan raja dikurung. Demikianlah Yusuf dipenjarakan di sana. Tetapi TUHAN menyertai Yusuf dan melimpahkan kasih setia-Nya kepadanya, dan membuat Yusuf kesayangan bagi kepala penjara itu. Sebab itu kepala penjara mempercayakan semua tahanan dalam penjara itu kepada Yusuf, dan segala pekerjaan yang harus dilakukan di situ, dialah yang mengurusnya. Dan kepala penjara tidak mencampuri segala yang dipercayakannya kepada Yusuf, karena TUHAN menyertai dia dan apa yang dikerjakannya dibuat TUHAN berhasil. Jika kita membaca kisah Yusuf, bukankah naik turunnya kehidupan dialami oleh Yusuf namun, apa yang ia katakan tentang semuanya itu? Apakah ia marah kepada Tuhan? Dalam perjumpaan Yusuf dengan saudara-saudaranya ketika ia sudah berkuasa di Mesir, Yusuf berkata: Kejadian 50:19-21 (TB) Tetapi Yusuf berkata kepada mereka: "Janganlah takut, sebab aku inikah pengganti Allah?
Memang kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan, dengan maksud melakukan seperti yang terjadi sekarang ini, yakni memelihara hidup suatu bangsa yang besar. Jadi janganlah takut, aku akan menanggung makanmu dan makan anak-anakmu juga." Demikianlah ia menghiburkan mereka dan menenangkan hati mereka dengan perkataannya. Yusuf percaya dalam naik turunnya kehidupan, Tuhan Allah merancangkan yang baik dalam hidupnya. Bisakah kita mempunyai pandangan di tengah masalah, pergumulan, sakit, penderitaab yang timbul dalam hidup kita?
Pelayanan Paulus dan rekan-rekannya tidak selalu mulus. Ada saja halangan dan rintangan. Lalu, apakah Paulus dan rekan-rekannya patah semangat?
Jika kita melihat sepanjang pelayanan Paulus dan dalam kotab-kitabnya, bukankah ia merupakan orang yang bersemangat? Di tengah semuanya, Paulus tetap meyakini pelayanan untuk Tuhan mesti dilakukan dengan memberi yang terbaik. Ketika Epafroditus sakit, Paulus mengirimnya kepada jemaat di Filipi, tempat asalnya dengan pesan: Filipi 2:27-30 (TB) Memang benar ia sakit dan nyaris mati, tetapi Allah mengasihani dia, dan bukan hanya dia saja, melainkan aku juga, supaya dukacitaku jangan bertambah-tambah.
Itulah sebabnya aku lebih cepat mengirimkan dia, supaya bila kamu melihat dia, kamu dapat bersukacita pula dan berkurang dukacitaku.
Jadi sambutlah dia dalam Tuhan dengan segala sukacita dan hormatilah orang-orang seperti dia.
Sebab oleh karena pekerjaan Kristus ia nyaris mati dan ia mempertaruhkan jiwanya untuk memenuhi apa yang masih kurang dalam pelayananmu kepadaku.
Dalam segala kelebihan dan kekurangan kita disertai oleh Tuhan. Dalam sehat atau sakit, Tuhan selalu ada. Itulah prinsip orang yang percaya kepada-Nya.
Doa:
Sertai supaya selalu melihat: Tuhan menyertai hidupku.