Mikha 3: 5-12; Mazmur 43; 1 Tesalonika 2: 9-13; Matius 23: 1-12
Selamat hari Minggu.
Bagaimana jikalau dalam hidup ini kita bertemu, atau dipimpin orang yang tidak berlaku adil?
Pemazmur dalam kegelisahannya mengatakan: Mazmur 43:5 (TB) Mengapa engkau tertekan, hai jiwaku, dan mengapa engkau gelisah di dalam diriku? Berharaplah kepada Allah! Sebab aku bersyukur lagi kepada-Nya, penolongku dan Allahku!
Jika kita biasa menerima kasih Allah yang memimpin dengan keadilan - Nya, maka kita punya tempat untuk bersandar; hanya kepada Allah, untuk tetap melakulan hal yang benar. Tuhan Yesus mengecam pemimpin agama Yahudi karena mereka melakukan yang tidak benar (Mat. 23 : 2-7); sebagai pemimpin mereka mestinya memberi pimpinan tetapi justru memakai jabatan mereka untuk keuntungan diri sendiri. Sebagai orang beriman, kita patut menyatakan yang benar sebagai benar, dan yang salah adalah salah karena dengan berbuat demikian kita menjadi orang-orang yang bertanggung jawab atas kata dan perbuatan kita. Bahkan ketika menjadi pemimpin, justru melayani. Matius 23:11 (TB) Barangsiapa terbesar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu. Seorang yang pemimpin sudah semestinya membaktikan diri untuk orang yang dilayani. Itulah kepemimpinan hamba yang sesungguhnya, dan Tuhan Yesus tidak hanya mampu berucap, bahkan hadir-Nya di dunia untuk melakukannya. Paulus menguraikan bagaimana ia tak mau merepotkan jemaat dan bersuka karena mereka percaya. 1 Tesalonika 2:13 (TB) Dan karena itulah kami tidak putus-putusnya mengucap syukur juga kepada Allah, sebab kamu telah menerima firman Allah yang kami beritakan itu, bukan sebagai perkataan manusia, tetapi — dan memang sungguh-sungguh demikian — sebagai firman Allah, yang bekerja juga di dalam kamu yang percaya.
Adakah ketika kita memimpin juga melakukan seperti itu? Fokus bukan kepada keuntungan pribadi namun dalam kehidupan yang dirayakan bersama.
Doa :
Jemaat yang menyiapkan anggota jemaat untuk beribadah.
