Yesaya 52 : 13-53 : 12; Mazmur 22; Ibrani 10 : 16-25; Yohanes 19 : 16 b - 37
Selamat Jumat Agung.
Jalan penderitaan memang tidak dikenal di dunia. Bagi dunia menang berarti kemenangan yang gilang gemilang, dengan kekuatan yang hebat dan dasyat, dengan senjata yang tidak terkalahkan. Bukankah itu hero di film-film, dari zaman dulu sampai sekarang?
Kemenangan terus menerus adalah harga mati juga ada dalam game dari dulu sampai era e-sport. Kekalahan adalah tabu, penderitaan tidak boleh terjadi. Bagaimana dengan peristiwa salib? Apakah yang terjadi dengan Hamba Tuhan yang menderita?
Pernyataan bahwa Mesias yang menang (Yes. 52 : 13-15) namun harus mengalami penderitaan (Yes. 53 : 1-3) tidak mudah diterima oleh pikiran dunia. Padahal sang Mesias mengalami semua itu karena: Yesaya 53:4-5 (TB) Tetapi sesungguhnya, penyakit kitalah yang ditanggungnya, dan kesengsaraan kita yang dipikulnya, padahal kita mengira dia kena tulah, dipukul dan ditindas Allah. Tetapi dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena kejahatan kita; ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya, dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh. Karya kasih Kristus menjadikan dunia selamat sudah dinubuatkan sejak zaman para nabi namun sayangnya Israel pun tak memahaminya, juga para murid yang tiga tahun mengikut Dia.
Salib adalah tanda kasih Tuhan kepada dunia. Dengan kematian Yesus kita diselamatkan. Yohanes 19:32-35 (TB) Maka datanglah prajurit-prajurit lalu mematahkan kaki orang yang pertama dan kaki orang yang lain yang disalibkan bersama-sama dengan Yesus; tetapi ketika mereka sampai kepada Yesus dan melihat bahwa Ia telah mati, mereka tidak mematahkan kaki-Nya, tetapi seorang dari antara prajurit itu menikam lambung-Nya dengan tombak, dan segera mengalir keluar darah dan air. Dan orang yang melihat hal itu sendiri yang memberikan kesaksian ini dan kesaksiannya benar, dan ia tahu, bahwa ia mengatakan kebenaran, supaya kamu juga percaya.
Mengapa ini penting? Banyak berita simpang siur dan memberitakan bahwa Yesus tidak benar-benar mati. Padahal kesaksian Alkitab jelas menunjukkan: air dan darah yang keluar dari lambung-Nya itu tanda kematian-Nya, dan itu suatu peneguhan tentang keselamatan kita: Ibrani 10:19-22 (TB) Jadi, saudara-saudara, oleh darah Yesus kita sekarang penuh keberanian dapat masuk ke dalam tempat kudus, karena Ia telah membuka jalan yang baru dan yang hidup bagi kita melalui tabir, yaitu diri-Nya sendiri, dan kita mempunyai seorang Imam Besar sebagai kepala Rumah Allah.
Karena itu marilah kita menghadap Allah dengan hati yang tulus ikhlas dan keyakinan iman yang teguh, oleh karena hati kita telah dibersihkan dari hati nurani yang jahat dan tubuh kita telah dibasuh dengan air yang murni. Sebagai orang-orang yang sudah diselamatkan, maka Paulus mengingatkan: Ibrani 10:23-25 (TB) Marilah kita teguh berpegang pada pengakuan tentang pengharapan kita, sebab Ia, yang menjanjikannya, setia. Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih dan dalam pekerjaan baik. Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat.
Tiga hal yang penting:
1. Teguh berpegang kepada pengakuan kita.
2. Saling mendorong dalam kasih dan dalam pekerjaan baik.
3. Tetap dalam persekutuan.
Lakukanlah itu dalam hidup kita.