Kel. 20: 1-17; Maz. 19; 1 Kor. 1 : 18-25; Yoh. 2 : 13-22
Aturan, rambu atau hukum sering dianggap hal yang mengekang, menghambat dan mempersulit perkembangan. Benarkah? Bukankah justru aturan, rambu atau hukum justru mesti dipandang sebagai hal yang justru menjamin hak-hak kita. Firman Allah sebelum memberikan sepuluh Firman-Nya dengan jelas menyatakan; Keluaran 20:2 (TB) "Akulah TUHAN, Allahmu, yang membawa engkau keluar dari tanah Mesir, dari tempat perbudakan. Artinya: Tuhan berkarya untuk menyelamatkan umat Israel dari perbudakan, dan supaya hidup mereka terjamin maka sepuluh Firman diberikan kepada mereka.
Sambutan pemazmur atas Firman Tuhan menyatakan; Mazmur 19:7-11 (TB) (19-8) Taurat TUHAN itu sempurna, menyegarkan jiwa; peraturan TUHAN itu teguh, memberikan hikmat kepada orang yang tak berpengalaman. (19-9) Titah TUHAN itu tepat, menyukakan hati; perintah TUHAN itu murni, membuat mata bercahaya. (19-10) Takut akan TUHAN itu suci, tetap ada untuk selamanya; hukum-hukum TUHAN itu benar, adil semuanya, (19-11) lebih indah dari pada emas, bahkan dari pada banyak emas tua; dan lebih manis dari pada madu, bahkan dari pada madu tetesan dari sarang lebah. (19-12) Lagipula hamba-Mu diperingatkan oleh semuanya itu, dan orang yang berpegang padanya mendapat upah yang besar. Itulah pemazmur yang begitu menyukai Firman Tuhan dan mendapat manfaat dari Firman itu. Kasih karunia Allah yang menjadi manusia telah dinyatakan dalam diri Tuhan Yesus Kristus, sang Firman yang hidup (Yoh. 1: 14), namun tidak semua menerima Firman yang hidup itu; 1 Korintus 1:23-24 (TB) tetapi kami memberitakan Kristus yang disalibkan: untuk orang-orang Yahudi suatu batu sandungan dan untuk orang-orang bukan Yahudi suatu kebodohan, tetapi untuk mereka yang dipanggil, baik orang Yahudi, maupun orang bukan Yahudi, Kristus adalah kekuatan Allah dan hikmat Allah.
Padahal, Dialah yang ditentukan Bapa untuk menjadi keselamatan bagi dunia. Dalam karya-Nya di dunia, Ia mewartakan bahwa Kerajaan Allah sudah dekat karena itu kasih dan kebenaran mestilah dinyatakan. Kemarahan Tuhan Yesus di Bait Allah bukan karena Yesus pemarah atau tidak suka orang berjualan di Bait Allah. Namun yang terjadi: praktek jual beli dan penukaran uang sudah menjadi praktek jahat yang dilakukan di Bait Allah; penipuan dan kecurangan, baik oleh para imam dan para pedagang. Uang menjadi tuan dalam jual beli di Bait Allah.
Karena itu Tuhan Yesus kembali mengingatkan, dan ditegaskan oleh penulis kitab Yohanes; Yohanes 2:19, 21-22 (TB) Jawab Yesus kepada mereka: "Rombak Bait Allah ini, dan dalam tiga hari Aku akan mendirikannya kembali." Tetapi yang dimaksudkan-Nya dengan Bait Allah ialah tubuh-Nya sendiri. Kemudian, sesudah Ia bangkit dari antara orang mati, barulah teringat oleh murid-murid-Nya bahwa hal itu telah dikatakan-Nya, dan mereka pun percayalah akan Kitab Suci dan akan perkataan yang telah diucapkan Yesus.
Yesus menegaskan supaya mereka kembali kepada Allah dan Firman-Nya, dan mengikuti sang Firman yang hidup dalam kehidupan mereka.