GKI Sinode Wilayah Jawa Tengah

Login
Remember me

ALLAH YANG TIDAK EGOIS DAN EGOSENTRIS

Terpublikasi Thu, 28 Dec 2017   

oleh:

Yer. 31: 15-17; Mat. 2: 13-18

Ditinggalkan oleh orang yang dikasihi tentu tidaklah mudah. Dukacita tentu merupakan perasaan kita. Itulah juga yang dialami oleh negeri yang digambarkan sebagai Rahel; ketika Israel terserak. Mereka meninggalkan tanah perjanjian dan berada dalam pembuangan. Dalam ratap Rahel itu, Tuhan memberi kepastian: mereka pasti kembali. Kepedihan Rahel inilah yang mengingatkan kembali kepada penulis kitab Matius tentang perbuatan kejam Herodes Agung yang ingin supaya tak ada Mesias yang diberitakan oleh orang Majus, dan itu menimbulkan ratap duka oleh orang tua yang kehilangan anak-anaknya. Apakah Mesias sudah mati dalam pembunuhan di Betlehem? Tuhan mengingatkan Yusuf dalam mimpi supaya membawa Yesus dan ibunya, pergi ke Mesir di mana Herodes tak berkuasa. Matius 2:14-15 (TB) Maka Yusuf pun bangunlah, diambilnya Anak itu serta ibu-Nya malam itu juga, lalu menyingkir ke Mesir, dan tinggal di sana hingga Herodes mati. Hal itu terjadi supaya genaplah yang difirmankan Tuhan oleh nabi: "Dari Mesir Kupanggil Anak-Ku." Dukacita orang tua di Betlehem tentulah kehilangan yang nyata. Suatu tragedi dalam hidup mereka. Ini semua karena ketamakan Herodes Agung yang tak ingin seorangpun merebut tahta-Nya. Keserakahan dan kesewenang-wenangan, bukankah menyebabkan banyak kesengsaraan? Maka dari itu, hiduplah jangan hanya mengutamakan egoisme dan egosentrisme kita. Peristiwa Natal memberi terang bagi kita; Allah yang tidak egois datang menjadi bayi mungil dan menyelamatkan kita. Tidakkah kita meneladan kepada-Nya?