Kej. 21:1-21; Gal. 4:21-5:1
Mari kita merenungkan: apa beda yang dilihat Tuhan dan manusia? Bukankah Tuhan melihat (dan melakukan dalam hidup kita) kemungkinan, namun manusia menyatakan dan berpikir tentang ketidakmungkinan? Bukankah itu yang dilakukan Abraham, Sara dan Hagar? Abraham dan melihat ketidakmungkinan/ kemustahilan mempunyai anak di usia mereka; Abraham setuju untuk mengambil Hagar sebagai istrinya maka lahirlah Ismael, Sara tertawa ketika dinubuatkan mengandung dan ketika ia mengandung. Hagar di padang gurun merasa: ia pasti mati. Tuhan? Apa yang Tuhan lakukan? Tuhan mencelikkan mata mereka bertiga, dan Tuhan bertindak. Kejadian 21:19-20 (TB) Lalu Allah membuka mata Hagar, sehingga ia melihat sebuah sumur; ia pergi mengisi kirbatnya dengan air, kemudian diberinya anak itu minum. Allah menyertai anak itu, sehingga ia bertambah besar; ia menetap di padang gurun dan menjadi seorang pemanah. Tuhan Allah tak meninggalkan Hagar dan Ismael sekalipun mereka terusir dari rumah Abraham. Tuhan tetap memelihara mereka sesuai janji-Nya.
Namun, apa beda Ismael dan Ishak? Paulus menegaskan tentang hak yang diterima oleh mereka untuk menerangkan orang yang hidup karena hukum Taurat dan orang yang hidup menurut kasih karunia. Yang hidup karena hukum Taurat mengenal dosa saja, yang hidup karena kasih karunia mengenal keselamatan dan kemerdekaan; Galatia 5:1 (TB) Supaya kita sungguh-sungguh merdeka, Kristus telah memerdekakan kita. Karena itu berdirilah teguh dan jangan mau lagi dikenakan kuk perhambaan. Jadi hiduplah sebagai anak perjanjian yang hidup tidak melulu hanya fokus kepada ketakutan tentang hukum-hukum. Hiduplah dalam kasih karunia Allah yang menyelamatkan.
Apakah itu merupakan suatu kemustahilan?