GKI Sinode Wilayah Jawa Tengah

Login
Remember me

SOMBONG VS RENDAH HATI

Baru Wed, 21 Sep 2016   

oleh:

Yer. 10:17-25; Luk. 20:45-21:4

Yeremia 10:25 (TB)  Tumpahkanlah kepanasan amarah-Mu ke atas bangsa-bangsa yang tidak mengenal Engkau, ke atas kaum-kaum keluarga yang tidak menyerukan nama-Mu; sebab mereka telah memakan Yakub dan menghabisinya, dan membuat tempat kediamannya menjadi puing. Itulah keadaan Yerusalem karena dosa mereka. Kota yang dulunya penuh dengan semarak, yang ada tinggalah puing, apa yang dulunya indah tak lagi indah. Semuanya itu karena kesombongan umat dengan apa yang mereka miliki. Hidup sadar bahwa segala yang kita miliki pada hakekatnya adalah milik Tuhan itulah sikap sebagai orang beriman. Namun betapa sulitnya mengakui itu. Kita bangga dengan pekerjaan kita, kita bangga dengan pencapaian kita sampai-sampai kita lupa ada kuasa yang melingkupi hidup kita, yang memungkinkan semuanya itu.

Tentu tidak perlu dinafikan: semua yang kita raih memerlukan kerja keras dan pengorbanan. Tapi: patutkah kita menepuk dada dengan sombong?
Dalam dua perikop kitab Lukas, Tuhan Yesus mengingatkan supaya kita tidak sombong sebaliknya hendaklah kita dengan rendah hati menjalani hidup. Dibanding ahli-ahli Taurat yang suka berjalan-jalan memakai jubah panjang dan suka menerima penghormatan di pasar, yang suka duduk di tempat terdepan di rumah ibadat dan di tempat terhormat dalam perjamuan, NAMUN yang menelan rumah janda-janda dan yang mengelabui mata orang dengan doa yang panjang-panjang. (Band. Luk. 20: 46-47), Yesus justru menunjukkan teladan sikap seorang janda miskin yang memberi persembahan yang sangat kecil; dua peser namun dengan segenap hati. Dia memberikan seluruh apa yang ada pada dirinya. Mampukah kita-dengan segala prestasi dan kemampuan kita- bersikap sama dengan janda miskin ini: memberi dengan segenap hati, bahkan memberikan dari kekurangannya, bukan kelebihannya.