Mazmur 111; Ulangan 3: 23-29; Roma 9: 6-18
Selamat hari Kamis.
Beriman adalah hidup yang kita jalani. Kita disebut beriman karena kita percaya kepada Tuhan, sang Imanuel. Lalu, apa arti beriman? Apakah ketika semuanya baik-baik saja?
Musa belajar beriman di akhir hidupnya. Ia menceritakan lagi bagaimana percakapannya dengan Tuhan. Ia minta supaya bisa memasuki tanah Kanaan; harapan semua orang Israel yang berangkat dari Mesir. Namun Tuhan berkata "Tidak". Musa hanya diizinkan melihat (Ul. 3 : 27) dan diminta untuk mempersiapkan orang Israel memasuki tanah perjanjian. Ulangan 3:28 (TB) Dan berilah perintah kepada Yosua, kuatkan dan teguhkanlah hatinya, sebab dialah yang akan menyeberang di depan bangsa ini dan dialah yang akan memimpin mereka sampai mereka memiliki negeri yang akan kaulihat itu. Musa beriman kepada Tuhan maka ia melakukan apa yang Tuhan firmankan.
Jadi, kalau kita adalah orang beriman, siapakah kita?
Paulus dalam kitab Roma mengingatkan dari kisah bapa leluhur Israel: Roma 9:8, 11, 16, 18 (TB) Artinya: bukan anak-anak menurut daging adalah anak-anak Allah, tetapi anak-anak perjanjian yang disebut keturunan yang benar. Sebab waktu anak-anak itu belum dilahirkan dan belum melakukan yang baik atau yang jahat, supaya rencana Allah tentang pemilihan-Nya diteguhkan, bukan berdasarkan perbuatan, tetapi berdasarkan panggilan-Nya. Jadi hal itu tidak tergantung pada kehendak orang atau usaha orang, tetapi kepada kemurahan hati Allah. Jadi Ia menaruh belas kasihan kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan Ia menegarkan hati siapa yang dikehendaki-Nya. Semuanya adalah belas kasihan Allah kepada kita. Semuanya kasih karunia.
Karena itu berimanlah teguh, jangan goyah dalam segala keadaan.
Doa:
Vaksin yang bisa didistribusikan ke seluruh Indonesia, khususnya yang terdampak lebih besar.