Keluaran 5 : 10-23; Kisah Para Rasul 7 : 30-34
Selamat hari Kamis.
Keadaan buruk, tidak menguntungkan bahkan mengecewakan kita, siapa yang sering kita salahkan? Bukankah kita seringkali sama dengan orang Israel di Mesir ketika mereka mengalami tekanan dari Firaun dengan tidak diberikan jerami namun hasilnya harus tetap sama ketika mereka mendapat jerami. Akhirnya mereka bersungut-sungut dan menyalahkah Musa dan Harun, Abdi Allah. Keluaran 5:22-23 (TB) Lalu Musa kembali menghadap TUHAN, katanya: "Tuhan, mengapakah Kauperlakukan umat ini begitu bengis? Mengapa pula aku yang Kauutus? Sebab sejak aku pergi menghadap Firaun untuk berbicara atas nama-Mu, dengan jahat diperlakukannya umat ini, dan Engkau tidak melepaskan umat-Mu sama sekali." Tuhan memang sering kita persalahkan atas segala yang terjadi kepada kita, khususnya dalam hal yang tidak kita kehendaki. Tidakkah Musa sendiri ingat bahwa maksud Tuhan adalah untuk menyelamatkan umat Israel dari perbudakan? Kisah Para Rasul 7:32-34 (TB) Akulah Allah nenek moyangmu, Allah Abraham, Ishak dan Yakub. Maka gemetarlah Musa, dan ia tidak berani lagi melihatnya. Lalu firman Allah kepadanya: Tanggalkanlah kasutmu dari kakimu, sebab tempat, di mana engkau berdiri itu, adalah tanah yang kudus. Aku telah memperhatikan dengan sungguh kesengsaraan umat-Ku di tanah Mesir dan Aku telah mendengar keluh kesah mereka, dan Aku telah turun untuk melepaskan mereka; karena itu marilah, engkau akan Kuutus ke tanah Mesir.
Oleh karena mendengar kemarahan orang Israel maka Musa ganti mempersalahkan Tuhan. Tidakkah kita sadari: rancangan Tuhan jauh lebih besar dari rancangan kita? Dan memang kadang kita tak mampu menyelami karya Tuhan dalam hidup kita. Mengapa Tuhan memberi masalah? Mengapa Tuhan memberi anak yang "sulit"? Mengapa Tuhan memberikan penyakit yang ini? Mengapa Tuhan memberikan rekan sepelayanan yang tidak menyenangkan? Mengapa Tuhan memberi kehidupan yang berliku? Ketika pusat pikiran kita hanya pada kita, dan bukan pada Tuhan maka pertanyaan-pertanyaan di atas tetap ada dalam hidup kita. Sadarilah; ada rancangan Tuhan yang mungkin hari ini belum kita pahami, karena itu bertekunlah menantikan jawaban Tuhan sambil terus percaya kepada-Nya.
Doa:
Mohon diberikan hati yang selalu mau memahami karya kasih Tuhan, sekalipun seringkali bukan merupakan hal yang mudah.