Mazmur 62: 6-13; Yeremia 19: 1-15; Wahyu 18: 11-20
Selamat hari Kamis.
Perjalanan hidup manusia selalu ada naik dan turunnya; berhasil dan gagal. Apakah di sepanjang jalan itu kita tetap setia?
Tuhan memakai buli-buli yang dipecahkan Yeremia (Yer. 19 : 13) sebagai perlambang bagaimana Dia akan menjadikam Yehuda dan Yerusalem.
Mengapa Tuhan begitu murka? Karena umat tak lagi setia kepada Tuhan. Mereka menyembah kepada Baal (Yer. 19 : 3-9). Kefasikan dan pementingan diri sendiri sehingga menjadikan kita melawan Tuhan mengakibatkan murka Tuhan, dan itu suatu hal yang sia-sia. Memakai nama Babel, Yohanes, penulis kitab Wahyu menyatakan bagaimana celakanya kota yang besar dan dibangun dengan kesombongan, dan semuanya tinggal sesal. Wahyu 18:19-20 (TB) Dan mereka menghamburkan debu ke atas kepala mereka dan berseru, sambil menangis dan meratap, katanya: "Celaka, celaka, kota besar, yang olehnya semua orang, yang mempunyai kapal di laut, telah menjadi kaya oleh barangnya yang mahal, sebab dalam satu jam saja ia sudah binasa. Bersukacitalah atas dia, hai sorga, dan kamu, hai orang-orang kudus, rasul-rasul dan nabi-nabi, karena Allah telah menjatuhkan hukuman atas dia karena kamu."
Mari kita memetik pelajaran dari semuanya itu. Tidakkah setia kepada Tuhan adalah hal yang utama dalam hidup kita? Memang mesti dengan perjuangan, namun ingatlah: perjuangan kita bersama Tuhan, sang Imanuel. Mari kita ikuti ajakan pemazmur: Mazmur 62:8 (TB) (62-9) Percayalah kepada-Nya setiap waktu, hai umat, curahkanlah isi hatimu di hadapan-Nya; Allah ialah tempat perlindungan kita. Sela
Akan setiakah kita?
Doa :
Penyebaran vaksin yang baik oleh pemerintah.