Hos. 5 : 15-6 : 6; 2 Yoh. 1 : 1-6
Pertobatan mestilah disertai dengan tindakan yang sungguh untuk berbalik dari Tuhan. Padahal manusia -dalam hal ini diwakili oleh perkataan Israel dan Yehuda - mengatakan bagaimana mudahnya membohongi Tuhan dengan melakukan pertobatan yang pura-pura (Hosea 6 : 1-3). Padahal yang dikehendaki Tuhan adalah suatu pertobatan yang sungguh-sungguh dalam hidup umat-Nya;Hosea 6:6 (TB) Sebab Aku menyukai kasih setia, dan bukan korban sembelihan, dan menyukai pengenalan akan Allah, lebih dari pada korban-korban bakaran.
Pertobatan seperti ini tidak hanya dikehendaki Tuhan namun juga mengubah prilaku kita menjadi semakin dikehendaki Tuhan. Penulis kitab Satu Yohanes meneguhkan dan menguatkan jemaat tujuan suratnya yang bagaikan ibu dengan anak-anaknya; 2 Yohanes 1:1-2 (TB) Dari penatua kepada Ibu yang terpilih dan anak-anaknya yang benar-benar aku kasihi. Bukan aku saja yang mengasihi kamu, tetapi juga semua orang yang telah mengenal kebenaran, oleh karena kebenaran yang tetap di dalam kita dan yang akan menyertai kita sampai selama-lamanya.
Namun tentu tidak hanya salam yang ia sampaikan tapi juga nasehat untuk tetap beriman; mengikuti ajaran Kristus dan menyatakan bukti iman itu dengan saling mengasihi; 2 Yohanes 1:4-6 (TB) Aku sangat bersukacita, bahwa aku mendapati, bahwa separuh dari anak-anakmu hidup dalam kebenaran sesuai dengan perintah yang telah kita terima dari Bapa. Dan sekarang aku minta kepadamu, Ibu — bukan seolah-olah aku menuliskan perintah baru bagimu, tetapi menurut perintah yang sudah ada pada kita dari mulanya — supaya kita saling mengasihi. Dan inilah kasih itu, yaitu bahwa kita harus hidup menurut perintah-Nya. Dan inilah perintah itu, yaitu bahwa kamu harus hidup di dalam kasih, sebagaimana telah kamu dengar dari mulanya.
Baiklah ketika kita bertobat dan percaya, lalu kita tetap menjadi pelaku kebenaran dalam hidup kita. Inilah yang membedakan antara orang beriman dengan orang yang beragama (atau bahkan memanipulasi agama untuk kepentingan -diri, politik, sosial- sendiri); ketaatan kepada Tuhan dengan melakukan kebenaran Firman, bukan sekedar menjadi orang yang melakukan ritual tanpa tindakan nyata.