Ratapan 3:1-9, 19-24; Mazmur 31:1-5, 16-17; 1 Petrus 4:1-8; Yohanes 19:38-42
Selamat hari Sabtu Sunyi.
Kita tentu pernah mengalami masa-masa paling gelap dalam hidup kita dimana kita merasa tak ada pertolongan, bahkan Tuhan pun seakan menekan kita seperti yang dirasakan penulis kitab Ratapan (Rat. 3 : 1-9). Apa yang kita lakukan? Banyak orang mengambil jalan pintas, dan meninggalkan Tuhan. Hari kelam pulalah yang dirasakan oleh murid-murid ketika mayat Tuhab Yesus dikuburkan (Yoh. 19 : 38-42). Mereka tidak melihat harapan.
Namun, benarkah Tuhan membiatkan kita dalam keterpurukan?
Penulis kitab Ratapan mengambil cara yang berbeda dari meninggalkan Tuhan. Ratapan 3:21-24 (TB) Tetapi hal-hal inilah yang kuperhatikan, oleh sebab itu aku akan berharap: Tak berkesudahan kasih setia TUHAN, tak habis-habisnya rahmat-Nya, selalu baru tiap pagi; besar kesetiaan-Mu! "TUHAN adalah bagianku," kata jiwaku, oleh sebab itu aku berharap kepada-Nya. Karena Dia tahu: Tuhan adalah pokok selamat sebagaimana yang juga dikatakan oleh pemazmur dalam Mazmur 31:1-5, 16-17. Jika kita tahu Tuhan adalah tempat berharap, mari kita hidup benar dalam hidup kita sebagaimana dikatakan oleh penulis kitab 1 Petrus: 1 Petrus 4:7-8 (TB) Kesudahan segala sesuatu sudah dekat. Karena itu kuasailah dirimu dan jadilah tenang, supaya kamu dapat berdoa. Tetapi yang terutama: kasihilah sungguh-sungguh seorang akan yang lain, sebab kasih menutupi banyak sekali dosa.
Mari dalam diam kita selalu berharap kepada Tuhan.
Doa :
Kepala keluarga yang masih mencari pekerjaan di masa pandemi.