1 Sam. 21 : 1-6; Yoh. 5 : 1-18
Dalam hidup ini tidak jarang kita diperhadapkan pada dua pilihan sulit. Daud diperhadapkan pada dua pilihan sulit; tidak makan berarti ia dan anak buahnya kelaparan atau makan roti sajian yang memang seharusnya dimakan hanya oleh para imam. Namun, Daud memberanikan diri untuk meminta kepada Abimelekh, imam di Nob. 1 Samuel 21:4-6 (TB) Lalu jawab imam itu kepada Daud: "Tidak ada roti biasa padaku, hanya roti kudus yang ada; asal saja orang-orangmu itu menjaga diri terhadap perempuan."Daud menjawab imam itu, katanya kepadanya: "Memang, kami tidak diperbolehkan bergaul dengan perempuan, seperti sediakala apabila aku maju berperang. Tubuh orang-orangku itu tahir, sekalipun pada perjalanan biasa, apalagi pada hari ini, masing-masing mereka tahir tubuhnya." Lalu imam itu memberikan kepadanya roti kudus itu, karena tidak ada roti di sana kecuali roti sajian; roti itu biasa diangkat orang dari hadapan TUHAN, supaya pada hari roti itu diambil, ditaruh lagi roti baru.
Pilihan untuk makan roti sajian bukanlah perkara mudah namun sebagai pemimpin yang bertanggung jawab kepada anak buahnya, Daud meminta itu kepada Abimelekh roti sajian. Tanggung jawab memang mesti kita ambil ketika kita menghadapi pilihan dalam hidup kita; ada kalanya tidak beresiko maupun yang beresiko, dan sebuah keputusan haruslah diambil pada saat itu. Yesus tahu bahwa hari di mana ia menyembuhkan orang lumpuh adalah hari Sabat. Namun, tegakah Yesus membiarkan seorang yang sudah sakit (ay. 5) dan tidak ada harapan dia masuk ke dalam kolam itu karena tak ada yang menolongnya. Dalam tanggungjawab karena belas kasihannya, Tuhan Yesus menyembuhkannya; Yohanes 5:6, 8-9 (TB) Ketika Yesus melihat orang itu berbaring di situ dan karena Ia tahu, bahwa ia telah lama dalam keadaan itu, berkatalah Ia kepadanya: "Maukah engkau sembuh?" Kata Yesus kepadanya: "Bangunlah, angkatlah tilammu dan berjalanlah."Dan pada saat itu juga sembuhlah orang itu lalu ia mengangkat tilamnya dan berjalan. Tetapi hari itu hari Sabat. Ya. Itu hari Sabat, hari di mana orang tidak boleh bekerja, bahkan hanya untuk mengangkat tilam. Yesus paham hukum Sabat, namun hukum Sabat tak menghalangi Tuhan Yesus untuk berbelas kasihan.
Mari, sebagai umat Perjanjian Baru kita tidak fokua hanya kepada hukumnya namun fokus kepada kasih yang menggerakkan kita dalam hidup ini.