Yosua 6 : 22-27; Matius 21 : 23-32
Janji adalah hutang. Kuta sering mendengar ungkapan seperti di atas. Ya. Sebagaimana hutang, tentu janji itu harus ditepati oleh orang yang memberikan janji itu. Mengucapkan janji adalah hal yang mudah. Bagaimana dengan menepati janji? Ada banyak orang yang lupa atau pura-pura lupa dengan janji yang ia katakan kepada orang lain. Sebagai orang beriman, bagaimana dengan kita? Yosua 6:22-23 (TB) Tetapi kepada kedua orang pengintai negeri itu Yosua berkata: "Masuklah ke dalam rumah perempuan sundal itu dan bawalah ke luar perempuan itu dan semua orang yang bersama-sama dengan dia, seperti yang telah kamu janjikan dengan bersumpah kepadanya." Lalu masuklah kedua pengintai muda itu dan membawa ke luar Rahab dan ayahnya, ibunya, saudara-saudaranya dan semua orang yang bersama-sama dengan dia, bahkan seluruh kaumnya dibawa mereka ke luar, lalu mereka menunjukkan kepadanya tempat tinggal di luar perkemahan orang Israel.
Yosua memberi contoh bagaimana mereka-bangsa Israel mesti menepati janji. Sekalipun sebagai pihak yang menang atas Yerikho, kota Rahab, bisa saja Yosua tidak menepati janji. Apalagi yang mengucapkan bukanlah dia namun kedua pengintai. Namun sebagai seorang pemimpin, Yosua memberi teladan dalam hal menepati janji. Ia menyuruh dua orang pengintai itu untuk menepati janji mereka kepada Rahab. Janji tentang Mesias sudah digenapi dalam Tuhan Yesus. Ada banyak bukti yang menunjukkan bahwa Tuhan Yesus adalah Mesias yang mereka nantikan. Namun, apa yang terjadi? Tuhan Allah telah menepati janji-Nya namun mereka tidak menjadi percaya. Karena itu dalam sebuah perumpamaan, Tuhan Yesus berkata; Matius 21:31-32 (TB) Siapakah di antara kedua orang itu yang melakukan kehendak ayahnya?" Jawab mereka: "Yang terakhir." Kata Yesus kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya pemungut-pemungut cukai dan perempuan-perempuan sundal akan mendahului kamu masuk ke dalam Kerajaan Allah. Sebab Yohanes datang untuk menunjukkan jalan kebenaran kepadamu, dan kamu tidak percaya kepadanya. Tetapi pemungut-pemungut cukai dan perempuan-perempuan sundal percaya kepadanya. Dan meskipun kamu melihatnya, tetapi kemudian kamu tidak menyesal dan kamu tidak juga percaya kepadanya."
Jadi, apakah kita juga sudah menunjukkan bukti bahwa kita adalah orang beriman? Apakah kehidupan kita menandakan bahwa kita adalah orang percaya?