Im. 24 : 10 – 23; Mat. 7 : 1 – 12
Selamat pagi.
Dewi keadilan yang dipakai untuk menggambarkan keadilan yang tak memihak digambarkan memegang neraca dengan mata tertutup menjadi pernyataan bahwa hukum mestinya tidak memandang muka; siapapun yang melawan atau melanggar hukum pastilah mendapat hukuman; apapun suku, ras dan agamanya. Namun sayang ada banyak sekali contoh yang menunjukkan bahwa hukum dan hukuman seringkali hanya dilakukan kepada mereka yang lemah dan tidak mempunyai akses pengetahuan dan pemahaman tentang hukum sehingga yang terjadi hukum menjadi timpang. Sejak semula bagi Israel jelas, bahwa hukuman berlaku sama untuk semua orang, bahkan untuk orang asing; Imamat 24:22 (TB) Satu hukum berlaku bagi kamu, baik bagi orang asing maupun bagi orang Israel asli, sebab Akulah TUHAN, Allahmu."Hukum macam inilah yang mesti terjadi dalam kehidupan kita. Namun sayangnya, bukankah masih saja ada orang yang menghakimi orang lain, bahkan menuduh dengan tanpa dasar?
Pilkada serentak yang baru saja terjadi menunjukkan bagaimana saling klaim bahwa pihak lawan yang curang, bahwa pihak lawan yang melakukan pelanggaran menjadi tuduhan yang setiap hari kita dengar dan kita baca. Tidakkah kita akan menjadi dewasa dengan tidak mempermainkan hukum, dan menghskimi orang dengan sembarangan? Bukankah kita tidak ingin dituduh melakukan yang tidak kita lakukan? Tetapi mengapa kita begitu suka, bahkan menikmati tuduhan yang seringkali tidak berdasar bahwa kelompok atau calon dari pihak seberang melakukan hal yang negatif dan curang? Tuhan Yesus mengajak kita untuk bersikap dewasa dalam hidup kita; Matius 7:12 (TB) "Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka. Itulah isi seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi. Jadi, bukan kita menuntut orang lain berbuat baik lebih dahulu. Kita diajak memulai perbuatan baik dari diri kita sendiri kepada orang lain karena kita tahu: yang baik itu menyenangkan.
????