Yes. 48: 6-11; Rm. 15: 14-21
Moab sebagai sebuah bangsa merasa aman dan tenteram karena memang sejak mudanya ia mengalami ketenangan dan kecukupan (band. Yes. 48: 11). Namun ketenangan dan kecukupan mereka merupakan hal yang semu. Pada akhirnya ketika mereka membanggakan dan menganggap bahwa semua yang mereka alami adalah tempat berharap, maka mereka kehilangan segalanya. Dunia ini fana. Apa yang kita miliki pasti berakhir pada masanya. Adakah kita benar-benar menaruh harapan kita kepada Tuhan? Paulus sebagai seorang rasul mengingat bahwa : Roma 15:17 (TB) Jadi dalam Kristus aku boleh bermegah tentang pelayananku bagi Allah. Mengapa ia berkata demikian? Bukankah ia bisa dan (bagi orang yang biasa membanggakan apa yang ia lakukan) patut bermegah bahwa ia berkarya untuk Tuhan. Tapi itu tidak berlaku bagi Paulus. Paulus sadar: Roma 15:15-16 (TB) Namun, karena kasih karunia yang telah dianugerahkan Allah kepadaku, aku di sana sini dengan agak berani telah menulis kepadamu untuk mengingatkan kamu, yaitu bahwa aku boleh menjadi pelayan Kristus Yesus bagi bangsa-bangsa bukan Yahudi dalam pelayanan pemberitaan Injil Allah, supaya bangsa-bangsa bukan Yahudi dapat diterima oleh Allah sebagai persembahan yang berkenan kepada-Nya, yang disucikan oleh Roh Kudus. Ya. Semua semata-mata oleh kasih karunia Allah dalam Tuhan Yesus Kristus maka Paulus bisa mengabarkan Injil.
Bagaimana dengan kita? Apakah kita masih menepuk dada dan menyombongkan diri bahwa semua yang baik adalah kemampuan, kepintaran, dan kecerdikan kita? Tidakkah kita menyadari: hidup kita sekarang ini pun sebenarnya adalah karena kasih Allah? Lalu mengapa kita menjadi sombong?