Mazmur 107: 1-3, 23-32; Ayub 29: 21-30: 15; Kisah Para Rasul 21: 1-16
Selamat hari Jumat.
Hidup ini tidak ada yang tahu; kapan naik dan kapan turun. Dan disitulah kita mesti ingat siapakah pokok pujian kita. Itulah yang diingatkan oleh pemazmur ketika ia menjadikan kehidupan pedagang yang mengarungi samudera sebagai contoh kapan umat memuji Tuhan (Mzm. 107 : 23-32). Bahwa dalam segala hal mestilah kita bersandar dan memuji Tuhan. Jika di masa jaya kita menjadi begitu bangga (Ayub 29 : 21-25) namun ketika kita sengsara kita merasa bahwa semua suka kita habis lenyap bahkan semua orang melawan kita (Ayub 30 : 1-15), adakah kita akan merasakan sukacita? Adakah kita memuji Tuhan?
Memuji Tuhan hendaklah kita lakukan setiap waktu, seumur hidup kita. Perjalanan menuju Yerusalem nampaknya adalah perjalanan yang akan membuat Paulus ditangkap, seperti nubuat seorang nabi Agabus di Kaisarea bahwa di Yerusalem ia akan ditangkap, dan sekalipun diingatkan oleh semua murid di Kaisarea, Paulus menjawab: Kisah Para Rasul 21:13 (TB) Tetapi Paulus menjawab: "Mengapa kamu menangis dan dengan jalan demikian mau menghancurkan hatiku? Sebab aku ini rela bukan saja untuk diikat, tetapi juga untuk mati di Yerusalem oleh karena nama Tuhan Yesus."
Bagi Paulus pujian bukan hanya saat suka namun hidupnya sendiri adalah pujian bagi Tuhan bahkan ia rela jika memang harus mati karena nama Yesus. Kita jugakah?
Doa :
Ojek online dan ojek pangkalan yang terdampak pandemi.