Departemen Penelitian dan Pengembangan / DPP BPMSW GKI SW Jateng telah melaksanakan Seminar dan Lokakarya (Semiloka) “Becoming an Inclusive Church : Partisipasi Penuh Penyandang Disabilitas dalam Kehidupan Bergereja” yang dilaksanakan hari Senin-Selasa tanggal 1-2 Oktober 2018 yang bertempat di Wisma Sejahtera, Magelang. Peserta dalam semiloka sejumlah kurang lebih 40 peserta yang terdiri dari utusan jemaat / gereja dan klasis GKI lingkup SW Jateng, narasumber dan Panitia.
Semiloka ini berjalan dengan baik dan peserta cukup responsif sehingga acara ini berlangsung menarik dan suasana yang terbangun cukup 'hidup'.
Narasumber semiloka ini adalah :
1. Pdt. Tabita Kartika Christiani (Dosen Fakultas Teologi UKDW / PTKSW GKI SW Jateng basis pelayanan Fakultas Teologi UKDW Yogyakarta).
2. Pdt. Sujanto Putro Waskito Wibowo beserta keluarga (Pendeta GKI Basis Pelayanan Jemaat GKI Nusukan Solo).
3. Pdt. Helen Armada (Pendeta GKI Basis Pelayanan Jemaat GKI Cinere).
4. Pdt. Yerusa Maria (Pendeta GKI Basis Pelayanan Jemaat GKI Pakuwon).
5. Pdt. Abraham Ferdinandus (Pendeta GPIB Jemaat Effatha Jakarta).
6. Ibu Linda Maruta beserta Ananda Keke (Anggota Jemaat GKI Wongsodirjan Yogyakarta).
7. Sdri. Kristin Manila beserta Ibunda Eni (Yogyakarta).
8. Sdr. Bernadito Satriawan beserta keluarga (Yogyakarta).
Harapan pelaksanaan Semiloka ini supaya gereja lebih peduli kepada anggota jemaat dan atau simpatisan yang merupakan penyandang disabilitas, baik disabilitas fisik, intelektual, autisme dan sebagainya. Salah satu contoh yang seringkali dijumpai bahwa gereja tidak dan atau belum memiliki data anggota jemaat dan atau simpatisan yang menyandang disabilitas. Contoh lainnya yakni desain dan fasilitas gedung gereja seringkali belum mengakomodir ketersediaan fasilitas untuk penyandang disabilitas (misalnya akses kursi roda ke dalam gedung gereja dan fasilitas toilet yang ramah untuk penyandang disabilitas; Alkitab Braille atau audio; penerjemahan ke dalam bahasa isyarat). Beberapa alasan / latar belakang yang dijumpai atas keterbatasan gereja menyediakan fasilitas bagi penyandang disabilitas yakni belum / tidak ada data relevan atas anggota jemaat dan atau simpatisan yang merupakan penyandang disabilitas. Padahal bisa saja yang terjadi kebalikannya: dikarenakan tidak ada fasilitas penyandang disabilitas di gedung gereja tersebut maka memunculkan ketidaknyamanan bagi anggota jemaat dan atau simpatisan penyandang disabilitas yang datang ke gereja, sehingga lambatlaun dikarenakan kesulitan, maka anggota jemaat dan atau simpatisan penyandang disabilitas enggan pergi beribadah ke gereja. Di contoh lain dapat diinformasikan bahwa memang ada orangtua yang membawa anak mereka yang merupakan penyandang disabilitas; namun bagaimana penerimaan orang-orang lain di gereja? Apakah anak itu diterima dengan baik, atau dihina dan di-bully? Apakah penyandang disabilitas intelektual dapat mengikuti katekisasi dan menerima sakramen baptis dewasa atau sidi dan perjamuan kudus? Bagaimana gereja membaca perikop Alkitab yang mengisahkan penyandang disabilitas? Apakah masih ada yang melihat penyandang disabilitas sebagai alat atau obyek diakonia? Apakah gereja merasa cukup dengan menyediakan panti untuk penyandang disabilitas? Bukankah penyandang disabilitas semestinya berpartisipasi penuh dalam kehidupan berjemaat? Penyandang disabilitas dapat berperan penuh dalam jemaat, melayani, dan menjadi berkat bagi sesama.
Berawal dari harapan dan beberapa contoh tersebut, tujuan diadakan semiloka ini supaya peserta dapat :
1. Memiliki wawasan dan mengembangkan teologi disabilitas.
2. Merencanakan tindak lanjut dalam mewujudkan gereja yang inklusif, di mana penyandang disabilitas berpartisipasi penuh dalam kehidupan bergereja.
Semoga Semiloka ini dapat memberikan wawasan bagi setiap peserta dan gereja, serta dapat memberikan masukan bagi Departemen Penelitian dan Pengembangan/ DPP BPMSW GKI SW Jateng yang direncanakan akan membuat buku panduan terkait dengan partisipasi penyandang disabilitas dalam kehidupan bergereja.
Tuhan memberkati pelayanan kita bersama.