Peribahasa mengatakan say it with flower yang berarti katakan dengan bunga. Bunga dapat memberikan semangat kepada orang yang sedang berduka, simbol harapan, kebahagiaan, kesedihan serta menunjukkan dukungan atau simpati. Sehingga bunga digunakan sebagai media komunikasi ekspresif. Satu jenis bunga saja contohnya mawar mempunyai beberapa warna berbeda seperti merah, merah muda, peach, kuning, putih, oranye, ungu dan hitam. Warna bunga yang berbeda itu memiliki makna simbolik yang dapat mengungkapkan perasaan atau penyampai pesan. Belum lagi hiasan pendukung bunga seperti daun-daunan. Ada yang berukuran kecil, sedang, besar dan sangat besar. Ada yang bentuknya bulat, lonjong, memanjang, ekor kuda, spiral dan lain-lain.
Rangkaian bunga yang tersusun indah dan menarik di altar atau ruang ibadah juga dapat menghadirkan kekaguman dan perasaan mendalam kepada Sang Penciptanya. Berbekal latar belakang inilah Komisi Pelayanan Kebaktian Minggu (KPKM) GKI Pamulang mengadakan pelatihan merangkai bunga kepada perwakilan jemaat wilayah 1 s/d 11 yang dibuka oleh Penatua Jenny Lumingkewas pada Sabtu, 17 Maret 2018 lalu. Empat tehnik dasar diajarkan kepada peserta oleh Ibu Lucia Raras dan tim meliputi rangkaian bulat, oval, vertikal serta rangkaian daun. Setiap wilayah diharapkan dapat membuat rangkaian sederhana dari tehnik-tehnik yang telah diajarkan.
Seorang perangkai bunga dalam gereja juga diingatkan untuk tidak melampiaskan kesenangan pribadi apalagi mengharapkan pujian dari jemaat, tetapi dengan tulus mendedikasikan karyanya untuk kemuliaan nama Tuhan. Keindahan rangkaian bunga diarahkan untuk membantu jemaat yang hadir merasakan kehadiran Tuhan serta membuat jemaat lebih dekat dan mencitai Tuhan. Rangkaian bunga yang dibuat juga tidak boleh dominan apalagi mengaburkan unsur-unsur penting liturgi seperti mimbar, altar, lilin, peralatan perjamuan dan lainnya. Prinsip kesederhanaan dan keanggunan sangat penting dalam mendekor ruang ibadah dengan bunga. Sehingga segala keindahan yang ditampilkan diabdikan hanya untuk kemuliaan nama Tuhan. (Kontributor: Lina Nababan)
