Rabu Abu adalah awal atau hari pertama dimulainya Masa Pra Paska yaitu masa pertobatan, pemeriksaan batin dan berpantang (puasa) selama 40 hari, untuk memperingati pencobaan dan pergumulan yang dihadapi Yesus selama periode yang sama di padang pasir, guna mempersiapkan diri bagi Kebangkitan Kristus dan Penebusan Dosa kita. Sebelum Pandemi Covid-19 melanda Indonesia, biasanya jemaat datang ke gedung gereja untuk mengikuti Ibadah Rabu Abu, setelah itu dahinya diberi tanda salib dari abu. Sedangkan selama pandemi, hampir sebagian besar gereja mengadakan Ibadah Rabu Abu secara on line termasuk di GKI Pamulang, Tangerang Selatan, yang diadakan pada Rabu, 17 Februari 2021 lalu melalui kanal Youtube GKI Pamulang. Menurut Pnt. Noviria Hutasoit, Ibadah Rabu Abu dengan tema Koyakkan Hatimu, diselenggarakan oleh Majelis Jemaat, dipandu oleh Pendeta, sedangkan jemaat dan simpatisan dapat mengikutinya dari rumah masing-masing. Abu yang digunakan selama ibadah ini juga sudah dibagikan kepada jemaat lewat ketua wilayahnya masing-masing.
Penggunaan abu dalam Ibadah Rabu Abu bersifat simbolis, sebab pengolesan abu menunjuk suatu dimensi kedalaman hidup manusia yang bersifat fana, rapuh dan berdosa. Dimensi kefanaan, kerapuhan dan keberdosaan manusia tersebut dipertemukan dengan dimensi anugerah pengampunan Allah. Dalam terang kekekalan dan kerahiman Allah, manusia disadarkan keberadaan dirinya sebagai ciptaan yang lemah dan berdosa. Melalui karya penebusan Kristus, jemaat dipanggil untuk bertobat dan mengalami pembaruan hidup. Dengan demikian simbol abu dalam Ibadah Rabu Abu mengandung pengajaran iman, yaitu melalui firman yang diberitakan dan simbol abu untuk mengekspresikan keberdosaan manusia dan Rahmat Allah yang memulihkan serta mengampuni.
Dalam kotbahnya Pdt. Rahmat Basukendra mengingatkan jemaat untuk rela dan berani menjalani keberimanan dalam ketulusan serta kejujuran. Sebagai umat Kristiani (Israel yang baru) jemaat haruslah hidup dalam pertobatan dan siap menjani hidup yang baru di dalam Cinta Kasih Tuhan Yesus Kristus. Pertobatan dan hidup yang baru bukan saja dijalani oleh pribadi lepas pribadi, tetapi juga dijalani sebagai sebuah komunitas dan didasari relasi yang benar dengan Tuhan. Tak perlu segalanya dinampakkan ketika kita berbuat baik karena iman tidak perlu menjadi konsumsi publik. Biarlah lewat kehadiran kita, kemurahan Tuhan Allah dapat dialami oleh orang lain, terutama di masa pandemi sekarang ini. Selamat menghayati Rabu Abu. Selamat memulai Masa Raya Paska. Tuhan Yesus memberkati!