1 Samuel 8 : 1-18; Ibrani 6 : 1-12
Selamat hari Senin.
Iri adalah salah satu sifat negatif manusia. Sekalipun kita mengetahui, masih saja kita melakukannya dalam hidup kita. Oleh sebab anak-anak Samuel tidak berlaku benar (1 Sam. 8 : 1-3), maka tua-tua bangsa Israel bersepakat untuk meminta seorang raja untuk memimpin mereka. Tuhan berbicara kepada Samuel : 1 Samuel 8:7-9 (TB) TUHAN berfirman kepada Samuel: "Dengarkanlah perkataan bangsa itu dalam segala hal yang dikatakan mereka kepadamu, sebab bukan engkau yang mereka tolak, tetapi Akulah yang mereka tolak, supaya jangan Aku menjadi raja atas mereka. Tepat seperti yang dilakukan mereka kepada-Ku sejak hari Aku menuntun mereka keluar dari Mesir sampai hari ini, yakni meninggalkan Daku dan beribadah kepada allah lain, demikianlah juga dilakukan mereka kepadamu. Oleh sebab itu dengarkanlah permintaan mereka, hanya peringatkanlah mereka dengan sungguh-sungguh dan beritahukanlah kepada mereka apa yang menjadi hak raja yang akan memerintah mereka."
Kepemimpinan bangsa Israel sejak semula sampai saat itu adalah Theokrasi, artinya Tuhanlah pemimpin mereka. Para bapa leluhur Israel, Musa, para Hakim memimpin bangsa Israel dengan senantiasa mengutamakan Tuhan dalam kepemimpinan mereka. Namun ketika mereka sudah tinggal di tanah Kanaan dan melihat bangsa lain mempunyai raja, mereka pun mau. Mereka ingin seperti bangsa lain yang mempunyai raja. Menjadi orang beriman tentulah tidak lagi perlu memusingkan dan memperdebatkan tentang hal-hal yang kecil. Tuhanlah yang mengatur hidup kita hari lepas hari. Kesediaan untuk dipimpin oleh Tuhan dan tidak menolak Tuhan dalam hidup kita, tentulah itu yang patut kita lakukan dalam hidup kita, orang beriman. Rasa iri menyebabkan orang Israel ingin dipimpin oleh manusia. Tuhan menegaskan kepada Samuel; bukan engkau yang mereka tolak. Akulah yang mereka tolak. Dan Tuhan mengingatkan : ingat resikonya. Hidup sebagai orang yang bersedia dipimpin oleh Tuhan tidaklah mudah. Kadang kehidupan yang keras, penuh pergumulan yang kita hadapi. Dalam keadaan seperti itu, patutkah kita lari dari Tuhan? Penulis kitab Ibrani mengingatkan : tantangan sebagai orang beriman, namun jangan itu menjadikan engkau mengingkari kuasa Tuhan dalam hidupmu, seberat apapun yang kamu alami. Namun, makin kuat berteguhlah; Ibrani 6:11-12 (TB) Tetapi kami ingin, supaya kamu masing-masing menunjukkan kesungguhan yang sama untuk menjadikan pengharapanmu suatu milik yang pasti, sampai pada akhirnya, agar kamu jangan menjadi lamban, tetapi menjadi penurut-penurut mereka yang oleh iman dan kesabaran mendapat bagian dalam apa yang dijanjikan Allah.
Bertahan dan tetap beriman, itulah yang patut dimiliki oleh kita, orang beriman. Peliharalah sampai akhir.