GKI Sinode Wilayah Jawa Tengah

Login
Remember me

MENDENGAR SUARA TUHAN

Terpublikasi Fri, 07 Jul 2017   

oleh:

Yer. 27: 1-11, 16-22; Rm. 1: 18-25

Yeremia 27:9-11 (TB)  Mengenai kamu, janganlah kamu mendengarkan nabi-nabimu, juru-juru tenungmu, juru-juru mimpimu, tukang-tukang ramalmu dan tukang-tukang sihirmu yang berkata kepadamu: Janganlah kamu mau takluk kepada raja Babel! Sebab mereka bernubuat palsu kepadamu dengan maksud menjauhkan kamu dari atas tanahmu, sehingga kamu Kucerai-beraikan dan menjadi binasa. Tetapi bangsa yang mau menaruh tengkuknya ke bawah kuk raja Babel dan yang takluk kepadanya, maka mereka akan Kubiarkan di atas tanahnya, demikianlah firman TUHAN, dan mereka akan mengolahnya dan diam di sana." Nubuat Nabi Yeremia di zaman Zedekia, raja Yehuda tentu dianggap aneh. Seorang nabi justru menubuatkan dan membiarkan bangsanya berada di bawah kuasa Babel. Ada apakah ini? Tentu kalau seorang nabi bernubuat, bukan tanpa sebab. Nubuat ini karena Israel dan Yehuda sudah memberontak kepada Tuhan. Tentang pemberontakan manusia untuk tidak mendengar Tuhan dinyatakan oleh Paulus: Roma 1:24-25 (TB)  Karena itu Allah menyerahkan mereka kepada keinginan hati mereka akan kecemaran, sehingga mereka saling mencemarkan tubuh mereka.

Sebab mereka menggantikan kebenaran Allah dengan dusta dan memuja dan menyembah makhluk dengan melupakan Penciptanya yang harus dipuji selama-lamanya, amin. Dan, ada masanya Tuhan menghukum mereka untuk mengingatkan bahwa Tuhanlah yang menjadi Allah mereka. Mereka diajar kembali untuk lebih mendengar suara Tuhan, dan bukan suara-suara manusia (nabi palsu dan pemimpin yang lain) yang memang kelihatannya lebih menyenangkan dan enak didengar. Kembali mendengar suara Tuhan adalah prilaku yang benar dalam hidup orang beriman. Menyerah kepada suara dan kehendak Tuhan dalam hidup kita. Dengan mendengar suara Tuhan kita percaya bahwa Tuhan pasti merancangkan kebaikan dalam hidup kita.