Kel. 19: 2-8; Mzm. 100; Rm. 5: 1-8; Mat. 9: 35 – 10: 8
Ibadah, doa, membaca Alkitab dan pelayanan seringkali hanya menjadi rutinitas belaka yang lambat laun menjadi tak berarti bagi sebagian orang. Kalau Minggu ya beribadah. Kalau bangun tidur ya berdoa. Ambil saat teduh ya setiap hari. Rutinitas oleh karena itu sebuah kewajiban menjadikan kita tidak menikmati perjumpaan dengan Tuhan. Padahal pemazmur mengingatkan sebagaimana melanjutkan ungkapan Tuhan di Sinai bahwa Israel adalah milik Tuhan :Mazmur 100:2-4 (TB) Beribadahlah kepada TUHAN dengan sukacita, datanglah ke hadapan-Nya dengan sorak-sorai! Ketahuilah, bahwa TUHANlah Allah; Dialah yang menjadikan kita dan punya Dialah kita, umat-Nya dan kawanan domba gembalaan-Nya. Masuklah melalui pintu gerbang-Nya dengan nyanyian syukur, ke dalam pelataran-Nya dengan puji-pujian, bersyukurlah kepada-Nya dan pujilah nama-Nya!Bagaimana mungkin kita tidak bersukacita jikalau kita berjumpa dengan Dia dalam pertemuan ibadah kita? Bagaimana mungkin kita tidak bersyukur bersama Dia yang memberikan kehidupan kepada kita?Penekanan Yesus yang seakan eksklusif kepada para murid untuk memperhatikan orang Yahudi (Mat. 10: 5-6) bahwa para murid diutus kepada orang Yahudi bukan karena Tuhan tidak sayang kepada orang non Yahudi namun karena Yesus melihat keadaan orang Yahudi yang menyedihkan (band. Mat. 9: 35-36), karena itu mereka diutus untuk mengatasi kelemahan itu.Sebagai murid-murid Tuhan di masa kini, kepada siapa kita diutus? Tentu kepada dunia; kepada siapapun. Mengapa? Dunia membutuhkan berita penyelamatan dari Tuhan supaya seluruh dunia pun memuji Dia dalam hidup mereka, dan menikmati perjumpaan dengan Tuhan. Karena inilah hidup bagi kita: Roma 5:1 (TB) Sebab itu, kita yang dibenarkan karena iman, kita hidup dalam damai sejahtera dengan Allah oleh karena Tuhan kita, Yesus Kristus.Jadi, wartakan kasih Allah dalam hidup kita supaya setiap orang mensyukurinya dan menjadi percaya. Jikalau demikian kita adalah murid-murid yang datang membawa Injil kepada dunia.