GKI Sinode Wilayah Jawa Tengah

Login
Remember me

GEREJA

Terpublikasi Sat, 07 Apr 2018   

oleh:

Kis. 4 : 32-35; Mzm 133; 1 Yoh. 1 : 1-2 : 2; Yoh. 20 : 19-31

Apa itu gereja? Gereja adalah persekutuan orang percaya. Persekutuan itu tidak hanya sekedar berkumpul namun disatukan atas landasan bersama; 1 Yohanes 1:5-7 (TB)  Dan inilah berita, yang telah kami dengar dari Dia, dan yang kami sampaikan kepada kamu: Allah adalah terang dan di dalam Dia sama sekali tidak ada kegelapan. Jika kita katakan, bahwa kita beroleh persekutuan dengan Dia, namun kita hidup di dalam kegelapan, kita berdusta dan kita tidak melakukan kebenaran. Tetapi jika kita hidup di dalam terang sama seperti Dia ada di dalam terang, maka kita beroleh persekutuan seorang dengan yang lain, dan darah Yesus, Anak-Nya itu, menyucikan kita dari pada segala dosa. Inilah persekutuan orang kudus, seperti yang dikatakan dalam pengakuan iman. Kudus bukan karena dirinya. Kudus karena Tuhanlah yang menguduskan kita. Oleh karena Kristus maka kita bersekutu di dalam Dia bersama dengan orang percaya yang lain.

Inilah buah kesaksian para murid yang awalnya dalam ruangan terkunci dan ketakutan, setelah mereka mendapatkan bukti Yesus bangkit dari antara orang mati, diterangkan kembali tentang Yesus yang bangkit dan mendapat kuasa dari Roh Kudus, mereka bersaksi. 1 Yohanes 1:3 (TB)  Apa yang telah kami lihat dan yang telah kami dengar itu, kami beritakan kepada kamu juga, supaya kamu pun beroleh persekutuan dengan kami. Dan persekutuan kami adalah persekutuan dengan Bapa dan dengan Anak-Nya, Yesus Kristus. Kesaksian itulah yang membentuk persekutuan yang indah diantara mereka. Persekutuan yang ideal itu seperti yang dituliskan dalam bahan bacaan kita hari ini dari kitab Kisah Para Rasul dan Mazmur; akrab, saling menolong dan menopang.

Sudahkah gereja kita seperti itu? Gereja dalam keluarga kita, gereja dalam kehidupan persekutuan di mana kita berada. Sudahkah ini menjadi persekutuan berlandaskan Kristus yang hidup sehingga persekutuan itu selalu ada sukacita (harapan yang tak putus) dan damai sejahtera? 
Apa peran kita di dalamnya? Jangan jadi penonton dalam persekutuan kita. Jangan juga menjadi orang yang memperkeruh keadaan persekutuan kita. Jadilah orang yang berperan untuk membangun sehingga kehadiran kita berarti.