GKI Sinode Wilayah Jawa Tengah

Login
Remember me

DIAM, TAK BERARTI DIAM

Terpublikasi Wed, 28 Mar 2018   

oleh:

Ayub 14 : 1-14; Mzm. 31 : 1-4, 15-16; 1 Petr. 4 : 1-8; Mat. 27 : 57-66

Berapa lama kita bisa duduk diam? Satu jam? Tigapuluh menit? Lima menit? Diam -apalagi bagi orang yang biasa aktif- itu tidak menyenangkan, menjemukan bahkan menjengkelkan. Namun, bukankah ada waktunya kita mesti duduk diam? Ada waktunya kita tak melakukan apa-apa? Di Jumat menjelang pukul 6 sore (sudah masuk persiapan Sabat), mayat Tuhan Yesus dirawat dengan buru-buru dan dikuburkan karena orang yang mengadakan persiapan Sabat tidak boleh dinajiskan oleh mayat; mereka harus mentahirkan diri lebih dulu. Mayat Yesus dikuburkan di makam Yusuf Arimatea, dan dijaga ketat dengan segel dan prajurit karena kekhawatiran imam-imam kepala dan orang Farisi. Yesus mati. Dan justru di sinilah Dia; Yesus justru  seperti pengakuan iman rasuli; "..... turun ke dalam kerajaan maut." Mengapa? Yesus menguasai kerajaan maut itu. 

Dengan kematian Yesus justru kekuasaan Tuhan menjadi nyata; bahkan kerajaan maut sekalipun Dia kuasai. Semestinya tak ada satu tempatpun yang tidak dikuasai oleh Tuhan. Diam memang tak melakukan apa-apa. Diam sering dianggap malas, tidak produktif dan lain-lain. Namun justru dalam kematian-Nya, Yesus menyatakan kuasa-Nya atas maut. Karena itu, Petrus menyatakan; 1 Petrus 4:7-8 (TB)  Kesudahan segala sesuatu sudah dekat. Karena itu kuasailah dirimu dan jadilah tenang, supaya kamu dapat berdoa. Tetapi yang terutama: kasihilah sungguh-sungguh seorang akan yang lain, sebab kasih menutupi banyak sekali dosa. 

Menjadi tenang dan memikirkan banyak hal supaya kita mampu berkarya, dan karya itu termasuk mengasihi sesama kita.