Pengkotbah 2 : 1-17; Kolose 3 : 18-4 : 1
Selamat hari Senin.
Setiap manusia ingin mendapatkan bahagia dalam hidupnya. Pengkotbah juga berusaha untuk mencari itu dalam hidupnya. Usaha mencari bahagia di bawah langit, dan dia berkesimpulan: Pengkhotbah 2:16-17 (TB) Karena tidak ada kenang-kenangan yang kekal baik dari orang yang berhikmat, maupun dari orang yang bodoh, sebab pada hari-hari yang akan datang kesemuanya sudah lama dilupakan. Dan, ah, orang yang berhikmat mati juga seperti orang yang bodoh!
Oleh sebab itu aku membenci hidup, karena aku menganggap menyusahkan apa yang dilakukan di bawah matahari, sebab segala sesuatu adalah kesia-siaan dan usaha menjaring angin. Semuanya sia-sia dan menjadi sia-sia belaka ketika bahagia itu hanyalah untuk mencari kesenangan diri sendiri. Dalam usaha mencari bahagia itu, tentulah diperlukan hikmat dari Tuhan. Dialah sumber bahagia itu. Paulus mengingatkan sebagai manusia baru, orang beriman perlu mencari dan mendapatkan kebahagiaannya di dalam Tuhan. Lalu di manakah itu didapat?
Paulus mengingatkan: diawali dari kehidupan keluarga di mana setiap anggota keluarganya sudah menjadi manusia baru. Siapakah keluarga dalam rumah kita? Apakah hanya keluarga inti? Apakah orang tua atau mertua kita yang (juga) tinggal dalam rumah kita bukan keluarga? Apakah keluarga hanya yang mempunyai pertalian darah? Apakah asisten rumah tangga yang tinggal bersama kita bukan keluarga?
Dalam pandangan Paulus (dan Israel pada umumnya): setiap orang yang tinggal dalam rumah kita adalah anggota keluarga. Kepada merekalah kasih itu diberlakukan juga. Karena itu berlaku: Kolose 3:23-24 (TB) Apa pun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia. Kamu tahu, bahwa dari Tuhanlah kamu akan menerima bagian yang ditentukan bagimu sebagai upah. Kristus adalah tuan dan kamu hamba-Nya. Oleh karena itu kita diajak untuk mengingat bahwa: Kolose 4:1 (TB) Hai tuan-tuan, berlakulah adil dan jujur terhadap hambamu; ingatlah, kamu juga mempunyai tuan di sorga.
Jadi, marilah kita berlaku sama dalam kehidupan di rumah kita sehingga nyatalah kasih kita kepada Tuhan tidak membeda-bedakan.
Doa:
Menjadi manusia baru dalam kehidupan keluarga dan masyarakat