Kid. 8: 5-14; Yoh. 11: 45-57
Kidung Agung 8:6-7 (TB) — Taruhlah aku seperti meterai pada hatimu, seperti meterai pada lenganmu, karena cinta kuat seperti maut, kegairahan gigih seperti dunia orang mati, nyalanya adalah nyala api, seperti nyala api TUHAN! Air yang banyak tak dapat memadamkan cinta, sungai-sungai tak dapat menghanyutkannya. Sekalipun orang memberi segala harta benda rumahnya untuk cinta, namun ia pasti akan dihina. Cinta itu mengubah segalanya. Cinta bahkan bisa mengalahkan apapun di dunia ini. Sayangnya tidak semua orang menghayati cinta dengan benar. Bahkan cenderung membabi buta. Orang gelap mata oleh karena cinta. Cinta yang membabi buta seperti ini bukanlah yang diharapkan oleh penulis kitab Kidung Agung; Salomo. Sekalipun dampak yang diakibatkan oleh cinta itu sama kuatnya namun ada perbedaan hasilnya. Cinta yang murni dan tulus berakibat baik, membangun dan menguatkan. Sebaliknya cinta yang membabi buta itu destruktif (merusak) dan menghancurkan.
Manakah cinta yang kita miliki? Cinta kepada Tuhan, cinta kepada pasangan/ kekasih, cinta kepada orang tua, cinta kepada anak; cinta kita kepada sesama? Cinta yang tulus dan murni? Atau cinta yang membabi buta? Apa yang dibahas dalam Mahkamah Agama? Suatu harapan untuk melakukan yang baik? Ternyata tidak.
Kayafas, sang Imam Besar berkata:
Yohanes 11:49-50 (TB) Tetapi seorang di antara mereka, yaitu Kayafas, Imam Besar pada tahun itu, berkata kepada mereka: "Kamu tidak tahu apa-apa, dan kamu tidak insaf, bahwa lebih berguna bagimu, jika satu orang mati untuk bangsa kita dari pada seluruh bangsa kita ini binasa."Itukah cinta? Apakah cinta akan mengorbankan orang lain? Ataukah cinta justru kerelaan mengorbankan diri untuk orang lain?
Milikilah cinta yang tulus dan murni, sebagaimana yang diteladankan Kristus bagi dunia. Dia rela mati untuk dunia yang justru berkhianat kepada-Nya.