2 Raj. 11 : 21 - 12 : 16; Yak. 5 : 1 - 6
Lalai adalah salah satu prilaku manusia yang menghambat kehidupan. Kelalaian sekecil apapun bisa menjadikan kerugian yang besar; lalai menutup pintu, lalai mengunci kandang, lalai mematikan kompor dan berbagai kelalaian yang lain. Yakobus mengecam orang kaya. Tentu ini bukan dipahami orang Kristen tidak boleh mempunyai kekayaan atau orang Kristen harus miskin. Ini juga bukan berarti orang kaya harus dibenci. Yang dimaksud adalah orang-orang yang memperkaya diri sendiri dan mengabaikan orang lain bahkan menahan berkat orang lain untuk memperkaya diri mereka sendiri; Yakobus 5:5-6 (TB) Dalam kemewahan kamu telah hidup dan berfoya-foya di bumi, kamu telah memuaskan hatimu sama seperti pada hari penyembelihan. Kamu telah menghukum, bahkan membunuh orang yang benar dan ia tidak dapat melawan kamu.
Orang-orang yang lalai bahwa hidup ini adalah untuk berbagi dan memberi kepada orang lain sehingga apa yang kita miliki sedapat-dapatnya bermanfaat untuk kehidupan. Kelalaian juga terjadi di zaman raja Yoas. Yoas lalai menjaga rakyatnya untuk setia kepada Tuhan (2 Raja-raja 12 : 2-3). Sekalipun ia melakukan apa yang benar bagi Tuhan namun ia tidak memusnahkan bukit-bukit pengorbanan (anak-anak; tradisi orang Kanaan). Para imam juga lalai memperbaiki Rumah Tuhan. Karena kelalaian itulah, Yoyada dengan cerdik bertindak: 2 Raja-raja 12:14-16 (TB) Melainkan mereka menyerahkannya kepada para pekerja, supaya dipakai memperbaiki rumah TUHAN.
Mereka kemudian tidak mengadakan perhitungan dengan orang-orang yang diserahi uang itu untuk memberikannya kepada tukang-tukang, sebab mereka bekerja dengan jujur. Tetapi uang korban penebus salah dan uang korban penghapus dosa tidaklah dibawa ke dalam rumah TUHAN; semuanya itu adalah bagian para imam.
Jadi, memang para imam tidak menerima uang dari umat -sebagaimana diperintahkan raja- dan mereka menyerahkan pembangunan rumah Tuhan kepada para tukang yang berlaku jujur. Tindakan yang cerdik dan jujur inilah yang perlu dimiliki oleh umat dalam hidup ini sehingga sekalipun dalam keterbatasan, kita mampu mengatur segala sesuatu dengan baik.
Sudahkah kita menjadi orang yang cerdik (bukan licik) dan jujur dalam mengelola segala sesuatu yang menjadi tanggung jawab kita? Uang dan kekayaan, jabatan, kedudukan, keluarga, persekutuan, persahabatan dan semua hal yang lain? Kelolalah dengan cerdik dan jujur.