Kej. 4 : 1 – 16; Ibr. 4 : 14 – 5 : 10
Selamat pagi.
Dosa yang sudah menjalar ke dunia menjadikan manusia tak lagi bisa hidup damai. Kain dendam kepada Habil, dan membunuh adiknya. Dia bahkan mengatakan "Tidak tahu", ketika Tuhan bertanya tentang adiknya. Kejahatan Kain bukankah merupakan gambaran kejahatan kita, manusia? Marah, iri, benci, dendam adalah perasaan-perasaan negatif yang ada pada kita manusia. Kita sadar dalam kelemahan kita, ini hal yang tidak mudah untuk dihilangkan begitu saja, dan tentu lewat masa pra Paskah seperti sekarang ini kita semua diajak untuk belajar mengendalikan diri dalam emosi-emosi negatif dalam hidup kita; kalau tidak menghilangkannya, minimal kita mengurangkan dalam hidup kita. Karena dosa Kain, maka ia terusir dari hadapan Tuhan. Bagaimana dengan kita? Kitab Ibrani menunjukkan kepada kita bahwa usaha manusia sendiri untuk melepaskan diri dari dosa tidaklah mampu melepaskan manusia dari dosa. Yesus adalah imam besar yang kita punya. Dia yang bahkan mengorbankan diri-Nya untuk memberikan penebusan buat kita;
Ibrani 4:15-16 (TB) Sebab Imam Besar yang kita punya, bukanlah imam besar yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita, sebaliknya sama dengan kita, Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa. Sebab itu marilah kita dengan penuh keberanian menghampiri takhta kasih karunia, supaya kita menerima rahmat dan menemukan kasih karunia untuk mendapat pertolongan kita pada waktunya. Kasih Tuhan kepada kita bukan hanya sekedar tindakan yang remeh namun menjadi suatu tindakan yang menunjukkan ketaatan Yesus untuk melaksanakan kasih Allah bagi dunia; Ibrani 5:7-10 (TB) Dalam hidup-Nya sebagai manusia, Ia telah mempersembahkan doa dan permohonan dengan ratap tangis dan keluhan kepada Dia, yang sanggup menyelamatkan-Nya dari maut, dan karena kesalehan-Nya Ia telah didengarkan. Dan sekalipun Ia adalah Anak, Ia telah belajar menjadi taat dari apa yang telah diderita-Nya, dan sesudah Ia mencapai kesempurnaan-Nya, Ia menjadi pokok keselamatan yang abadi bagi semua orang yang taat kepada-Nya, dan Ia dipanggil menjadi Imam Besar oleh Allah, menurut peraturan Melkisedek.
Allah melalui Tuhan Yesus Kristus telah memberikan kasih karunia-Nya sedemikian rupa. Bagaimana dengan kita? Bukankah ketaatan kepada Tuhan juga patut kita bangun dalam kehidupan kita sebagai pernyataan syukur atas kasih karunia-Nya kepada kita?