Kis. 8 : 26-40; Mzm. 22 : 25-31; 1 Yoh. 4 : 7-21; Yoh. 15 : 1-8
Ada saja orang yang merasa susah bersaksi. Entahkah karena malu atau enggan. Malu dan enggan memang menjadikan tak mampu menyatakan siapakah yang kita percaya. Sida-sida Ethiopia adalah seorang yang kaya dan berkuasa. Demi mewartakan Injil, ia berani menyapa Sida-sida Ethiopia itu, dan mewartakan Injil. Kisah Para Rasul 8:34-35 (TB) Maka kata sida-sida itu kepada Filipus: "Aku bertanya kepadamu, tentang siapakah nabi berkata demikian? Tentang dirinya sendiri atau tentang orang lain?"Maka mulailah Filipus berbicara dan bertolak dari nas itu ia memberitakan Injil Yesus kepadanya.
Roh Kudus menolong Filipus untuk bersaksi tentang Kristus. Bahkan sida-sida itu mau dibasptis. Tuhan Yesus berkata; Yohanes 15:5 (TB) Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa. Ini menegaskan: karya kasih Allahlah yang menjadikan kita mampu bersaksi tentang Kristus dslam hidup kita. Karya kasih Allah dalam hidup kita perlu menjadi karya yang nyata dalam hidup ini.
1 Yohanes 4:9-12 (TB) Dalam hal inilah kasih Allah dinyatakan di tengah-tengah kita, yaitu bahwa Allah telah mengutus Anak-Nya yang tunggal ke dalam dunia, supaya kita hidup oleh-Nya. Inilah kasih itu: Bukan kita yang telah mengasihi Allah, tetapi Allah yang telah mengasihi kita dan yang telah mengutus Anak-Nya sebagai pendamaian bagi dosa-dosa kita. Saudara-saudaraku yang kekasih, jikalau Allah sedemikian mengasihi kita, maka haruslah kita juga saling mengasihi. Tidak ada seorang pun yang pernah melihat Allah. Jika kita saling mengasihi, Allah tetap di dalam kita, dan kasih-Nya sempurna di dalam kita.
Jadi, apakah kesaksian kita tentang kasih Allah, tidakkah kita wujudkan dalam kesaksian hidup kita setiap hari?