Sore itu tepat 26 Agustus di GKI Rawamangun, Jakarta Timur, para pemuda GKI Klasis Jakarta 1 berkumpul dalam Ibadah Kebangsaan, seiring momentum HUT Kemerdekaan RI ke-72. Dalam suasana yang syahdu, kami semua yang hadir duduk bersama di lantai yang bertikar, lengkap dengan dresscode merah-putih. Tampak sejumlah peserta memakai ornamen khas daerah-daerah di Indonesia.

Liturgi dalam ibadah hari itu bisa dibilang sangat eksperimental, dimana lagu khas GKI yang sudah jamak kita lantunkan dipadu dengan lagu nasional. Elemen demi elemen mengalir spontan, drama mengenai realita keberagaman di Indonesia masa kini menjadi Pengakuan Dosa, pembacaan Pengakuan Iman Rasuli beriringan dengan pembacaan Pancasila. Dan tim panitia membuktikan, lagu-lagu nasional bisa sangat cocok dinyanyikan dalam konteks ibadah di gereja, dengan liturgi eksperimental yang sangat segar.

“Memahami Indonesia berarti menerobos segala sekat-sekat. Bukan perbedaan yang salah, melainkan sikap kita menghadapi perbedaan itu,” Pendeta Charliedus Saragih dari GKI Camar berkata dalam kotbahnya. “Perbedaan bukan pemisah, melainkan perekat.”

Doa Syafaat dalam ibadah itu dilakukan antara Pendeta Charlideus bersama dengan perwakilan dari Gusdurian Jakarta/NU, Bapak Hasan Bashori dan Pak Sutarta dari Pura Aditya Jaya Rawamangun. Persembahan yang dikumpulkan di ibadah kemudian disumbangkan untuk mendukung perayaan Idul Adha yang jatuh tepat 1 September 2017.

Acara ditutup dengan kebersamaan yang hangat, menikmati hidangan Bakmi Jawa di pelataran gereja. Di momentum yang penuh makna itu, kami pun menyelami kembali makna menjadi 100% Kristen sekaligus 100% Indonesia. Merdeka!