Ayub 13 : 1-19; Yoh. 4 : 7-26
Rasa tertekan seringkali menjadikan kita tak mampu mengendalikan diri. Itulah yang dialami oleh Ayub. Ditengah derita dan rasa sedih atas bencana yang ia alami, sahabat-sahabatnya mengatakan pemahaman-pemahaman mereka tentang derita yang dialami oleh Ayub. Semua itu menekan Ayub. Oleh karena itu ia marah kepada sahabat-sahabatnya, sampai ia berkata; Ayub 13:3 (TB) Tetapi aku, aku hendak berbicara dengan Yang Mahakuasa, aku ingin membela perkaraku di hadapan Allah. Tentu kemarahan Ayub tak bisa dibenarkan namun sikap menghakimi tidak juga menjadi sikap bijak dari sahabat-sahabat Ayub.
Sikap permusuhan ditunjukkan oleh seorang perempuan Samaria yang menimba air di siang hari ketika Tuhan Yesus meminta diberikan minum. Mengapa perempuan Samaria itu bersikap demikian? Karena orang Yahudi tidak bergaul dengan orang Samaria (Yoh 4 : 9). Dan, sikap perempuan Samaria itu terjadi karena ia sendiri sedang bermasalah dengan dirinya sendiri. Seorang perempuan biasanya mengambil air ke sumur pada pagi hari, dan dilakukan bersama-sama dengan tetangganya. Tapi, kenapa perempuan ini seorang diri pergi ke sumur dan di siang hari? Yohanes 4:17-18 (TB) Kata perempuan itu: "Aku tidak mempunyai suami." Kata Yesus kepadanya: "Tepat katamu, bahwa engkau tidak mempunyai suami, sebab engkau sudah mempunyai lima suami dan yang ada sekarang padamu, bukanlah suamimu. Dalam hal ini engkau berkata benar."
Karena masalah yang ia alami maka ia menjauhkan diri dari orang lain. Kepada perempuan itu Tuhan Yesus menawarkan supaya ia menjadi percaya kepada-Nya sehingga hidup dalam kedamaian Allah; Yohanes 4:13-14 (TB) Jawab Yesus kepadanya: "Barangsiapa minum air ini, ia akan haus lagi, tetapi barangsiapa minum air yang akan Kuberikan kepadanya, ia tidak akan haus untuk selama-lamanya. Sebaliknya air yang akan Kuberikan kepadanya, akan menjadi mata air di dalam dirinya, yang terus-menerus memancar sampai kepada hidup yang kekal."
Percaya kepada Dia dengan segenap hati, itulah yang juga perlu kita miliki dalam hidup kita.
Sudahkah kita percaya kepada-Nya? Ataukah kita masih dilanda dengan ketakutan-ketakutan dalam hidup kita?