GKI Sinode Wilayah Jawa Tengah

Login
Remember me

SEMUA KARENA KASIH KARUNIA

Terpublikasi Thu, 18 Oct 2018   

oleh:

Kej. 14 : 17-24; Roma 15 : 7-13

Selamat hari Kamis.

Dalam setiap periatiwa keberhasilan, siapakah yang patut dipuji? Memang orang berusaha dan melakukannya dengan berbagai daya upaya. Memang orang rela mengorbankan waktu, tenaga, pikiran dan pengorbanan yang lain. Jadi patutkah orang itu yang patut mendapat puja dan puji?
Secara umum memang seperti itu. Sebagai orang beriman, apa yang patut dilakukan? Raja Salem, Melkisedek menyambut Abram yang baru saja mengalahkan bangsa lain, dan karena itu ia menyambut Abram; Kejadian 14:19-20 (TB)  Lalu ia memberkati Abram, katanya: "Diberkatilah kiranya Abram oleh Allah Yang Mahatinggi, Pencipta langit dan bumi, dan terpujilah Allah Yang Mahatinggi, yang telah menyerahkan musuhmu ke tanganmu." Lalu Abram memberikan kepadanya sepersepuluh dari semuanya.
Ya. Atas segala yang Abram lakukan, tentulah Tuhan Allah yang patut dipuji. Dialah yang berkarya dalam hidup kita Atas keselamatan yang kita miliki, siapakah yang patut dipuji? Diri kitakah? Yang mampu percaya, juga dengan berbagai macam jalan yang kadang tidak mudah untuk menjadi orang beriman dalam hidup ini?

Pendeta yang membimbing kitakah? Orang tua kitakah? Teman atau sahabat kita yang memperkenalkan kepada Tuhan? Paulus mengingatkan kepada kita; Roma 15:7-9 (TB)  Sebab itu terimalah satu akan yang lain, sama seperti Kristus juga telah menerima kita, untuk kemuliaan Allah. Yang aku maksudkan ialah, bahwa oleh karena kebenaran Allah Kristus telah menjadi pelayan orang-orang bersunat untuk mengokohkan janji yang telah diberikan-Nya kepada nenek moyang kita, dan untuk memungkinkan bangsa-bangsa, supaya mereka memuliakan Allah karena rahmat-Nya, seperti ada tertulis: "Sebab itu aku akan memuliakan Engkau di antara bangsa-bangsa dan menyanyikan mazmur bagi nama-Mu." Karena Tuhanlah semua dimungkinkan. Dan oleh karena Tuhan maka kita; baik orang Yahudi maupun yang bukan Yahudi - dalam kasih karunia yang sama karena itu kita diajak untuk hidup saling menerima, sebagaimana Kristus sudah menerima kita tanpa membeda-bedakan.

Marilah ini menjadi prinsip kehidupan kita setiap hari ketika kita bersama; dalam keluarga maupun persekutuan. Peran kita pasti berbeda namun kasih haruslah diberikan kepada semua orang.