GKI Sinode Wilayah Jawa Tengah

Login
Remember me

PEMIMPIN YANG MENYESATKAN VS PEMIMPIN YANG MENYELAMATKAN

Terpublikasi Mon, 18 Feb 2019   

oleh:

2 Raja-raja 24 : 18-25 : 21; 1 Korintus 15 : 20-34

Selamat hari Senin.

Seorang pemimpin mestilah mwnyadari bahwa apa yang ia lakukan mempengaruhi siapa atau apa yang ia pimpin. Itulah yang digambarkan dari kitab Raja-raja. Dalam bacaan kita hari ini diterangkan bagaimana kepemimpinan Zedekia yang jahat di mata Tuhan; melakukan dosa berakibat runtuhnya kerajaan Yehuda, bangsa Yehuda ditawan, Bait Allah dihancurkan dan perkakasnya diambil, dan mereka yang kuat menjadi tawanan. 2 Raja-raja 24:18-20 (TB)  Zedekia berumur dua puluh satu tahun pada waktu ia menjadi raja dan sebelas tahun lamanya ia memerintah di Yerusalem. Nama ibunya ialah Hamutal binti Yeremia, dari Libna. Ia melakukan apa yang jahat di mata TUHAN tepat seperti yang dilakukan Yoyakim. Sebab oleh karena murka TUHANlah terjadi hal itu terhadap Yerusalem dan Yehuda, yakni bahwa Ia sampai membuang mereka dari hadapan-Nya. Zedekia memberontak terhadap raja Babel.  

Kepemimpinan Zedekia yang tidak berkenan kepada Tuhab menyengsarakan bangsanya sendiri. Kesadaran ini penting bagi setiap kita, siapapun kita. Setiap kita adalah pemimpin dalam kapasitas kita masing masing; memimpin diri sendiri, keluarga, atau suatu organisasi. Di sinilah perlu kita ingat: tanggung jawab seorang pemimpin. Kristus adalah yang sulung dari kita; 1 Korintus 15:20-21 (TB)  Tetapi yang benar ialah, bahwa Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati, sebagai yang sulung dari orang-orang yang telah meninggal. Sebab sama seperti maut datang karena satu orang manusia, demikian juga kebangkitan orang mati datang karena satu orang manusia. Oleh karena karya kasih-Nya kita diselamatkan. Namun tidak itu saja. Dia memimpin kita kepada ketertundukan kepada Bapa. 1 Korintus 15:28-29 (TB)  Tetapi kalau segala sesuatu telah ditaklukkan di bawah Kristus, maka Ia sendiri sebagai Anak akan menaklukkan diri-Nya di bawah Dia, yang telah menaklukkan segala sesuatu di bawah-Nya, supaya Allah menjadi semua di dalam semua. Jika tidak demikian, apakah faedahnya perbuatan orang-orang yang dibaptis bagi orang mati? Kalau orang mati sama sekali tidak dibangkitkan, mengapa mereka mau dibaptis bagi orang-orang yang telah meninggal?

Jadi, ketaatan kita kepada Kristus adalah ketertundukan kita kepada Bapa yang membawa kepada kehidupan yang kekal bagi siapa yang percaya kepada-Nya.