GKI Sinode Wilayah Jawa Tengah

Login
Remember me

Miliki kasih

Terpublikasi Mon, 09 Dec 2019   

oleh:

Lukas 15:11-32

Konon ketika Bunda Teresa memandikan anak gelandangan di tepi Sungai Gangga, ia melihat ada keluarga yang sedang bertengkar, saling berteriak.

Ia berpaling ke murid-muridnya dan bertanya: “Kenapa orang suka berteriak kalau sedang marah?” Tanya Bunda Teresa. Salah satu menjawab: “Karena kehilangan sabar, kita berteriak.”
“Tetapi, kenapa harus berteriak pada orang yang ada di sebelahmu? Kan, pesannya bisa juga sampai dengan cara halus?” tanya Bunda Teresa. Tak ada satupun murid yang dapat menjawabnya. Akhirnya sang bunda bertutur: “Bila dua orang bermarahan, hati mereka sangat menjauh. Untuk dapat menempuh jarak yang jauh itu, mereka harus berteriak agar terdengar. Semakin marah, semakin keras teriakan karena jarak kedua hati pun semakin jauh."Tetapi saat dua insan jatuh cinta, Mereka tidak berteriak satu sama lain. Mereka berbicara lembut karena hati mereka berdekatan. Jarak antara kedua hati tidak ada atau sangat dekat.”

“Bila mereka semakin lagi saling mencintai, apa yang terjadi? Mereka tidak lagi bicara. Hanya berbisikan dan saling mendekat dalam kasih-sayang. Akhirnya, mereka bahkan tidak perlu lagi berbisikan. Mereka cukup saling memandang. Itu saja. Sedekat itulah dua insan yang saling mengasihi.”Saudaraku, ketika saya membaca kisah ini, saya ingat kisah anak yang hilang. Dia meminta waris kepada orangtua dan dihabiskan untuk bersenang-senang. Setelah hartanya habis, ia  tidak punya apa-apa lagi, pulang ke rumah. Saudaraku, mungkin kita akan sepakat dengan sikap si sulung. MARAH. Tidak ada lagi cinta kepada si bungsu. Adapun alasannya karena anak itu kurang ajar. Orang tua masih hidup, sudah minta warisan. Perbuatannya menunjukkan bahwa ia tidak punya kasih kepada keluarga.  Ia telah melukai dan mencemarkan nama baik keluarga. Maka kita mengatakan layak jika kita Marah. Layak jika kita kehilangan kasih. Layak jika ia mendapat balasan dari perbuatannya. Tetapi Sang ayah menunjukkan sikap yang berbeda. Ayat 22-24 menunjukkan dari jauh sang ayah sdh melihatnya, memeluk, memberi pakaian yang bagus, membuat pesta baginya. Mengapa? Karena ada cinta sehingga dari jauh sdh mengenalinya. Cinta membuat ia tidak membicarakan perbuatan anaknya tetapi memberi yang terbaik. Karena cinta ia menyambut sang anak dengan sukacita.

Saudaraku, kita melihat perbedaan sikap orang yg ada dalam cinta dan kemarahan. Cinta memberi kehidupan. Sedang kemaraham menghancurkan. Milikilah cinta dalam hidup bersama.